Risiko Ikut Program Bayi Tabung yang Perlu Anda Ketahui

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita hamil dan suaminya. Freepik.com/Drobotdean

Ilustrasi wanita hamil dan suaminya. Freepik.com/Drobotdean

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Angka keberhasilan bayi tabung sangat tergantung dari usia calon ibu dan juga penyebab infertilitas pada pasangan. Umumnya angka keberhasilan dapat mencapai 40-50 persen pada pasangan dengan usia calon ibu berusia kurang dari 35 tahun.

 Sementara itu, pada pasangan yang ingin ikut program hamil dengan usia calon ibu berusia 35-40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 25-35 persen. Sedangkan keberhasilan program IVF yang diikuti oleh calon ibu berusia di atas 40 tahun, angka keberhasilannya hanya sekitar 10 persen.

 Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Shanty Olivia Jasirwan mengatakan tingkat keberhasilan program bayi tabung juga ditentukan oleh dukungan pasangan dan support system yang dimiliki. Program bayi tabung tidak dapat berjalan tanpa peran pihak suami karena pada proses bayi tabung tetap dibutuhkan sperma dalam proses pembuahan sel telur.

 “Justru faktor sperma ini menjadi hal penting dalam menciptakan embrio yang berkualitas, sehingga seorang suami harus disiapkan betul kualitas spermanya dengan selalu menerapkan gaya hidup yang sehat,” ujar Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah – IVF Centre melalui siaran pers beberapa waktu lalu.

 Selain itu, menurut Shanty, peran suami juga meliputi dukungan kepada istri, dukungan finansial, ikut menjalani beberapa pemeriksaan dasar, sampai ikut pada proses bayi tabungnya itu sendiri. Program bayi tabung (IVF) merupakan harapan baru bagi Anda dan pasangan yang ingin memiliki keturunan tetapi memiliki gangguan kesuburan. Persiapan yang matang sangat diperlukan demi memastikan kelancaran program bayi tabung ini.

 Setelah syarat-syarat program bayi tabung terpenuhi, Anda dan pasangan dapat melakukan serangkaian pemeriksaan. Mulai dari pemeriksaan dasar infertilitas berupa analisis semen sperma, histerosalpingografi (HSG) untuk mengevaluasi saluran telur, USG transvaginal, dan konfirmasi ovulasi dengan melihat siklus haid wanita atau dengan pemeriksaan hormon.

 “Kemudian calon ibu akan diberikan suntikan hormon setiap harinya untuk memperbesar ukuran beberapa cangkang telur (folikel), sehingga dapat dilakukan panen telur (ovum pick up). Nantinya, akan dipilih telur yang paling baik untuk digabungkan bersama sperma agar terjadi pembuahan,” tambahnya.

Apabila persiapan dan syarat-syarat sudah terpenuhi, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi akan memulai program bayi tabung. Semua tindakan medis tentu ada risikonya, tak terkecuali risiko ketika Anda dan pasangan menjalani program bayi tabung.

Berikut ini risiko yang mungkin dapat terjadi ketika menjalani program bayi tabung:

1. Sindroma hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS), sekitar 2 persen

2. Kehamilan multipel (kembar)

3. Kehamilan ektopik

4.Perdarahan/cedera pembuluh darah dalam rongga perut saat tindakan panen telur

5. Infeksi

“Program bayi tabung (IVF) harus dijalankan oleh pasangan yang benar-benar siap fisik dan mental, juga ditambah dengan dukungan kemahiran dokter dan perawat yang dapat mengarahkan, membimbing, dan membantu prosesnya. Sebaiknya pilih klinik bayi tabung (IVF) yang memiliki teknologi medis terdepan untuk memastikan success rate yang baik,” saran Shanty.

 Cek juga bagaimana kompetensi tim dokter yang menangani program bayi tabung, tim perawat, embriologis, bahkan andrologisnya. Beberapa klinik bayi tabung bahkan memiliki maternity counsellor yang secara personal mendampingi pasien dan program bayi tabung dibuat sesuai kebutuhan pasien. Berbagai keunggulan ini dapat mendukung program berlangsung sesuai dengan yang Anda dan pasangan harapkan.

 Baca: Cek Kesiapan Sebelum Program Bayi Tabung, Pastikan Tubuh Sehat

 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."