Covid-19 Bikin Indra Penciuman Kacau, Ini Tips Pulih dari Anosmia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hilangnya kemampuan untuk mencium aroma baik makanan ataupun yang lainnya dikenal sebagai anosmia. Kasus ini umumnya dialami pasien COVID-19 hingga beberapa hari atau berbulan-bulan hingga hampir setahun.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk membantu memulihkan diri dari anosmia ini?

Psikolog klinis dari University of Dayton, Ohio, Julie Walsh-Messinger menyarankan pasien melakukan pelatihan penciuman. Cobalah untuk mencium bau yang sama berulang-ulang sehingga mereka dapat melatih kembali kemampuan tubuh Anda untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bau tersebut.

"Kami optimistis indra penciuman akan kembali pada sebagian orang yang kehilangan indra penciumannya selama beberapa bulan," kata dia seperti dikutip dari Medical Daily, Minggu 11 Juli 2021.

SARS-CoV-2 bukan satu-satunya virus yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk untuk mencium, bahkan bila si pasien tidak mengalami hidung tersumbat. Virus mempengaruhi sistem saraf dan koneksi saraf yang diperlukan untuk mendeteksi bau dan menafsirkannya.

Beberapa orang memulihkan kemampuan mereka untuk mencium dalam beberapa hari atau minggu, tetapi bagi sebagian orang itu berlangsung lebih lama.

Kondisi ini bisa mempengaruhi kualitas hidup. Makanan tidak terasa enak lagi, karena cara Anda menilai rasa sebenarnya merupakan kombinasi dari penciuman, rasa, dan bahkan indera peraba.

Beberapa orang melaporkan penurunan berat badan karena kehilangan nafsu makan, dan tidak dapat menikmati hal-hal yang sebelumnya mereka anggap menyenangkan. Cobalah untuk menyantap makanan kesukaan Anda bila anosmia menyerang, sensasinya akan berbeda saat Anda sehat.

Baca: Ahli THT: Anosmia Bisa Jadi Tanda Terinfeksi Covid-19

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."