Ahli THT: Anosmia Bisa Jadi Tanda Terinfeksi Covid-19

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

Ilustrasi hidung atau indera pencium (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Gejala umum terinfeksi virus corona baru atau Covid-19 di antaranya batuk, pilek, hingga panas tinggi, namun belakangan dilaporkan gejala lainnya bisa berupa anosmia. Apa itu?

Dilansir dari Express UK pada Rabu, 3 Juni 2020, anosmia adalah hilangnya sebagian atau seluruh indera penciuman. Biasanya, anosmia disebabkan oleh cedera kepala, penyumbatan hidung, atau infeksi, seperti pilek, namun kini bisa menjadi gejala dari Covid-19.

Profesor Claire Hopkins, Konsultan Ahli Bedah THT (Teling, Hidung, Tenggorokan) di London Bridge Hospital, Inggris menjelaskan anosmia adalah ketidakmampuan untuk mencium berbagai hal.

"Kehilangan penciuman yang bisa sangat tiba-tiba, akibat cedera kepala atau infeksi virus, atau hilangnya dapat terjadi secara bertahap, terkait dengan usia. Kehilangan penciuman ini termasuk bau baik dan buruk seperti kopi kental atau popok bayi," ujarnya.

Selain gejala yang jelas tidak bisa mencium, anosmia juga bisa memengaruhi indera perasa seperti rasa manis, asin, asam, pahit atau rasa daging. "Jadi, ketika kita kehilangan ini, merusak kemampuan kita untuk mendeteksi rasa ketika kita makan, dan makanan terasa sangat hambar," ungkapnya.

Profesor Hopkins berkata ada banyak penyebab hilangnya indera penciuman. Penyebabnya bisa dibagi menjadi dua kelompok. Di antaranya penyakit yang menyebabkan penyumbatan hidung dan menghalangi masuknya bau ke bagian atas hidung, di mana ujung saraf bau ditemukan, atau penyakit yang secara langsung memengaruhi saraf.

"Cedera saraf dapat terjadi setelah cedera kepala atau setelah infeksi virus seperti flu biasa," tambahnya.

Anosmia juga dapat disebabkan sebagai akibat dari penuaan, dan biasanya berlangsung secara bertahap. Sebanyak 80% dari mereka berusia di atas 75 tahun.

"Kehilangan indera penciuman juga kadang-kadang dapat dikaitkan dengan gangguan neurodegeneratif termasuk parkinson dan alzheimer," jelasnya.

Hopkins juga mengidentifikasi, anosmia bisa terjadi pada mereka yang terlalu sering menggunakan kokain, atau kadang-kadang dapat terjadi sebagai efek samping dari obat yang diresepkan.

“Jarang, indera penciuman bisa absen sejak lahir jika saraf penciuman tidak berkembang dengan baik," katanya.

Sementara itu, penyebab orang dengan Covid-19 dapat kehilangan indera penciuman mereka karena virus melukai ujung saraf pada epitel penciuman dan merusak bola penciuman.

Hopkins menyebut penelitian menunjukkan bahwa 70-80 persen pasien Covid-19 kehilangan indera penciuman.

Lalu apa yang perlu dilakukan ketika orang terdekat menderita anosmia?

Profesor Hopkins menyarankan agar mereka konsultasi ke dokter umum atau spesialis THT. Jika itu berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu, kembali ke dokter untuk memeriksa lebih dalam penyebab timbulnya anosmia.

Jika terkait Covid-19, Hopkins mengimbau agar mengisolasi diri di rumah dan menjalani tes swab.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."