Kasus Covid-19 Meningkat, Ini Tata Cara Isolasi Mandiri untuk Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi tes usap atau swab antigen Covid-19 pada anak. ANTARA/M Risyal Hidayat

Ilustrasi tes usap atau swab antigen Covid-19 pada anak. ANTARA/M Risyal Hidayat

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia terus meningkat. Masyarakat yang terinfeksi pun tidak hanya orang dewasa atau lansia, namun juga anak-anak. Memang sejumlah penelitian terbatas yang dilakukan oleh sejumlah negara menunjukkan risiko anak tertular Covid-19 lebih kecil ketimbang orang dewasa.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan dari jumlah total penderita Covid-19 di seluruh dunia, sebanyak 8,5 persen merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Angka kematian anak akibat Covid-19 juga lebih sedikit dan biasanya gejalanya lebih ringan. Meski begitu, tetap ada laporan pasien anak-anak yang kritis.

Dengan temuan tersebut, bisa dimaknai risiko Covid-19 pada anak tergolong ringan. Salah satunya diduga karena anak yang berusia 9 sampai 18 tahun memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik ketimbang anak yang berusia di bawah 9 tahun dan orang dewasa di atas 18 tahun. Namun, bagaimana dengan proses isolasi bagi anak usia 9 - 18 tahun yang positif Covid-19?

Dengan daya tahan tubuh yang masih terbilang prima, apakah mereka tetap menjalani isolasi mandiri selama dua pekan atau bisa lebih singkat? Dokter Spesialis Anak dari Primaya Hospital Bekasi Timur, Tuty Mariana mengatakan masa inkubasi virus Corona pada anak-anak sama seperti orang dewasa.

Jarak antara paparan Covid-19 dan munculnya gejala pertama kali rata-rata 5 sampai 6 hari, dan selambatnya 14 hari. "Ada laporan periode inkubasi virus ini bisa mencapai 24 hari. Sebab itu, lama isolasi mandiri bagi anak yang terinfeksi Covid-19 sama dengan orang dewasa," kata Tuty dalam keterangan tertulis.

Pasien Covid-19 anak-anak maupun orang dewasa harus mematuhi pedoman karantina dan isolasi mandiri. "Segera menghindari kontak langsung dengan anggota keluarga lain yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid serius," kata Tuty Mariana.

Bila memungkinkan, dia melanjutkan, anak bisa menjalani isolasi mandiri di rumah. Risiko penularan Covid-19 dari anak selama masa isolasi tetap ada, sehingga orang tua yang merawat harus menerapkan protokol kesehatan ketat hingga isolasi selesai.

Baca: Selain Demam Tinggi, Berikut 4 Gejala COVID-19 pada Bayi

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."