Ibu Perlu Bangkit Dari Situasi Krisis, Ini 3 Cara Mudahnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi ibu sedang menggendong bayi. (Unsplash/The Honest Company)

Ilustrasi ibu sedang menggendong bayi. (Unsplash/The Honest Company)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog klinis, Tiara Puspita mengatakan, para ibu kerap kali harus bersentuhan dengan berbagai macam tantangan, bahkan sebelum pandemi melanda seperti khawatir pada kesejahteraan anak, kurang istirahat, tidak cukup me time dan berbagai permasalahan lain yang membuat mereka semakin kewalahan. "Karenanya, kemampuan menyadari pikiran, emosi dan apa yang ibu rasakan secara fisik dan mental pada momen saat ini, adalah kunci agar ibu mampu beradaptasi dan fokus pada apa yang bisa ia kendalikan, bukan pada hal-hal yang belum pasti," kata dia dalam keterangan pers, Rabu 31 Maret 2021.

Tiara merekomendasikan tiga hal yang dapat ibu lakukan agar bangkit dari situasi krisis yang dihadapi dan tangguh jalani perannya selama masa-masa menantang ini, pertama, self care. Ibu dapat mengurangi rasa stres dan cemas dengan lebih peduli terhadap dirinya. Selain dengan memanjakan diri, ibu juga bisa melakukan meditasi untuk membuat ibu lebih rileks dan mendapatkan fokusnya kembali.

Baca: Kim Kardashian Membeli Kenangan Buat Kris Jenner di Hari Ibu

Mereka bisa menempatkan kondisi fisik dan emosional sebagai prioritas, mampu membantu ibu mencapai kebahagiaan serta kesehatan yang optimal untuk dirinya dan keluarga.

Kedua, menciptakan keharmonisan keluarga. Ketika ibu mencontohkan hubungan yang penuh kasih dengan ayah dan anak-anak, mereka akan merasa lebih aman dan dicintai. Bahasa yang positif, aktif mendengarkan, dan empati bukan saja membantu menciptakan lingkungan keluarga yang damai dan bahagia pada saat-saat stres seperti sekarang, namun juga dapat mempermudah ibu dalam melakukan pembagian tugas dengan seluruh anggota keluarga.

Ketiga, melatih diri untuk menerima situasi yang ada, baik situasi yang dapat diubah dan dikendalikan maupun tidak. Sadari bahwa ibu tidak harus selalu sempurna. Dengan memahami batasan antara kedua hal tersebut, ibu dapat mengarahkan energinya secara lebih efektif dan optimal pada hal-hal yang berada dalam kendali.

Penerimaan dapat membantu ibu untuk lebih mampu menerima diri sendiri dengan kelebihan dan kekurangan yang ada, dan dapat membantu memaksimalkan kualitas self-care dan me-time yang dilakukan untuk dirinya sendiri.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."