Waspada, Anak Bisa Alami Hipertensi, Batasi Konsumsi Makanan Asin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com

Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sejumlah orang menganggap hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit untuk orang-orang lanjut usia atau kemungkinannya meningkat seiring pertambahan usia. Ternyata anggapan itu salah. Anak-anak juga bisa kena hipertensi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak Menular Kementerian Kesehatan Cut Putri Ariane pada Oktober lalu menyebutkan ada kecenderungan penderita penyakit hipertensi pada usia yang lebih muda.

Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tidak menular sudah meningkat pada usia 10-15 tahun.

Selain faktor warisan genetik dari orang tua, gaya hidup dan pola makan tidak sehat yang dilakukan oleh orang tua beserta anak bisa memunculkan kecenderungan penyakit yang sama.

Salah satu gaya hidup sehat yang bisa diterapkan adalah membatasi asupan makanan asin.

Sekretaris Jenderal Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dokter Eka Harmeiwaty, menganjurkan untuk membatasi asupan makanan mengandung garam. Periksa label kemasan makanan, terutama untuk orang yang gemar menyantap makanan siap saji yang umumnya tinggi kandungan garam.

Menjaga makanan anak juga membantu mencegah hipertensi sedini mungkin. Dokter Eka menekankan kepada orang tua untuk selalu memantau asupan makanan anak. Tidak ada salahnya untuk mencicipi dulu jajanan anak, siapa tahu camilan tersebut punya kadar garam yang tinggi. Prinsipnya, bila sudah terasa asin berarti kadar garamnya sudah berlebihan.

Selain membatasi makanan asin, orang tua juga memastikan anak rutin berolahraga dan tidak kelebihan berat badan untuk mencegah hipertensi.

Hipertensi pada kaum muda biasanya masuk dalam kategori hipertensi sekunder yang terjadi akibat penyebab tertentu yang berhubungan dengan penyakit di dalam tubuh.

"Misalnya penyempitan pembuluh darah ginjal, dengan memperbaikinya tekanan darah akan terkontrol tanpa obat," jelas President of Indonesian Society of Hypertension (InaSH), dokter spesialis penyakit dalam, Tunggul D. Situmorang, Jumat, 26 Februari 2021, mengutip dari Antara.

Hipertensi pada kategori ini hanya terjadi pada sebagian kecil orang, termasuk di kalangan anak-anak yang penyebabnya bisa dicari untuk kemudian diobati.

Adapun hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebab langsung tidak diketahui, salah satunya ada riwayat keturunan hipertensi pada anggota keluarga lain.

Baca juga:

7 Sayuran Ini Bantu Turunkan Hipertensi, Ada Bayam dan Sawi

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."