Rutinitas Perawatan Kulit Lucy Liu di Usia 52, Tabir Surya dan Akupuntur

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Lucy Liu (Instagram/@lucyliu)

Lucy Liu (Instagram/@lucyliu)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Aktris Lucy Liu tetap memesona dengan tampilan kulit sehat dan bersinar di usia 52 tahun. Sejumlah produk dan rutinitas kecantikan digunakan untuk merawat kulit sehatnya. Salah satu andalannya adalah tabir surya. Bintang film Charlie's Angels ini tak main-main dalam hal melindungi kulitnya dari kerusakan akibat sinar matahari.

“Saya harus sangat ketat mengaplikasikan kembali tabir surya, mengenakan topi, dan saputangan di sekitar leher dan dada saya,” katanya kepada Future Of Personal Health pada 2019. Kulit di area tersebut, katanya, sebenarnya lebih sensitif terhadap matahari daripada wajah.

Etnis dan warna kulitnya juga menjadi motivasi untuk selalu menggunakan sun protection factor atau SPF. "Menjadi orang Asia, saya bisa terbakar matahari jika saya tidak berhati-hati. Saya juga memiliki sedikit (tone) zaitun di kulit dan mudah mengalami keloid, jadi saya melakukan tindakan pencegahan ekstra setiap kali saya melakukan aksi stunt atau aktivitas apa pun,” tuturnya.

Sinar UVA dan UVB dari matahari akan menyebabkan penuaan dini dan membakar kulit, kata Caren Campbell, seorang dokter kulit bersertifikat di San Francisco kepada Women's Health.

Selain tabir surya, Lucy Liu juga memiliki beberapa rutinitas kecantikan untuk menjaga kesehatan kulitnya

1. Kadang mencuci muka tanpa sabun

Ketika ia tidak memakai makeup, Lucy akan mencuci wajahnya dengan air dan waslap tanpa sabun. Namun, ketika ia selesai bekerja setelah seharian di lokasi syuting, Lucy akan menggunakan penghapus riasan mata untuk mencegah iritasi kulit karena gosokan. 

“Lalu, saya menggunakan sabun dengan waslap untuk mencuci muka. Setelah itu, saya mencampurkan krim, lidah buaya, dan sedikit minyak bersama-sama, lalu memijat campuran tersebut ke wajah saya.”

2. Perawatan akupuntur

Lucy berusaha merawat wajahnya dengan sederhana. Daripada menghabiskan banyak uang untuk membeli produk perawatan kulit, ia memilih akupuntur sebulan sekali agar tetap sehat. 

"Ini obat pencegahan,” papar ia kepada CNN.

Menurut dia, ini telah menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup keluarganya sejak lama. “Ini dapat membantu Anda menurunkan berat badan, dapat membantu kulit tetap muda — dan saya telah merasakan manfaatnya dengan jet lag.”

Baca juga:

Tips Perawatan Kulit Selama WFH, Pakai Tabir Surya di Depan Laptop dan Ponsel

3. Cukup cairan

Penelitian belum cukup memastikan bahwa air benar-benar akan membantu kulit bersinar, tetapi ahli kulit mengatakan itu membuat perbedaan. "Tanpa asupan air yang cukup, kulit tampak lebih kusam, dan kerutan serta pori-pori lebih menonjol," ungkap Rachel Nazarian, seorang ahli kulit bersertifikat di Schweiger Dermatology Group di New York City. 

Jadi, Lucy juga berusaha mencukupi kebutuhan cairan tubuh. Baru-baru ini dia juga menambahkan kopi ke daftar minumannya. "Saya pikir kafein bisa sangat buruk untuk kulit," dalam sebuah wawancara CNN. Tapi dia mulai menikmati rasa pahit, hanya membatasi hanya untuk pagi hari.

4. Wajib pakai pelembap

Pelembap pilihannya adalah Aquaphor. Ia menggunakannya di wajah selama musim dingin, atau di bibir yang pecah-pecah kapan saja. Pelembap ini juga diklaim bagus untuk pantat bayi atau pada luka dan memar untuk membantu penyembuhan.

Akhir-akhir ini dia mulai mengurangi rutinitas perawatan kulit wajahnya. "Dulu saya melakukan banyak hal berbeda, tapi sekarang saya mengoleskan minyak kelapa dan krim Avène di wajah saya,” tukas Lucy Liu kepada E!Online

5. Tak suka facial

"Aku tidak pernah melakukan facial wajah," ucap Lucy kepada CNN. 

Menurut ia, facial terlalu keras untuk wajahnya. Dia takut perawatan itu merusak kulitnya.

"Orang-orang mengalami pengelupasan dan dermabrasi, dan apa pun yang mengandung kata 'abrasi' tidak berhasil untuk saya,” ujar Lucy Liu.

MILA NOVITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."