Hari Anak Nasional, Bermain Bisa Bikin Anak Lebih Percaya Diri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak bermain mainan atraktif bersama ibunya. shutterstock.com

Ilustrasi anak bermain mainan atraktif bersama ibunya. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hari Anak Nasional setiap 23 Juli jadi momen evaluasi kita sebagai orang tua dalam mengasuh buah hati. Tahun ini, peringatan Hari Anak Nasional berbeda dari tahun-tahun sebelumnya mengingat di tengah pandemi Covid-19. Selain membiasakan anak-anak dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak, kesehatan mental anak-anak yang kini lebih banyak berkegiatan di rumah menjadi sorotan.

Banyak anak yang sulit beradaptasi dengan perubahan selama lima bulan ini sehingga menimbulkan perasaan tertekan. Para ahli mengatakan, salah satu cara untuk mengatasi masalah itu adalah bermain. Tak hanya memperkaya wawasan tentang solusi masalah, bermain juga meningkatkan rasa keberhasilan, mengasah koordinasi motorik, dan mengasah kemampuan sosial.

Peneliti Michele Capurso dalam studi pada 2016, mengungkapkan bermain dapat meningkatkan kemampuan untuk coping, yaitu menghadapi dan mengatasi tantangan atau masalah dengan baik sekaligus tenang.

Coping dilakukan dengan mengenali apa masalah yang sedang dihadapi dengan mengurangi stres terlebih dahulu, misalnya mengalihkan perhatian sejenak dengan bersantai atau melakukan pekerjaan lain, salah satunya dengan bermain.

Psikolog Anna Surti Ariani mengatakan tantangan yang akan dihadapi anak-anak di masa depan tidak sama dengan yang kita hadapi sekarang. Mereka perlu dibekali bukan saja dari segi akademis, tapi juga dari segi kreativitas, karakter, dan kemampuan bersosialisasi yang bisa didapat dari bermain.

Menurut Anna yang juga Ketua Ikatan Psikologi Klinis Jakarta ini terdapat
tiga konsep penting seputar dunia bermain anak. Pertama adalah mainan yaitu alat yang digunakan, bisa merupakan hasil karya anak. Lalu, permainan yaitu aktivitas yang diciptakan, bisa membutuhkan mainan ataupun tanpa mainan. Yang ketiga adalah bermain yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan memberikan banyak manfaat bagi anak.

"Yang betul-betul memberikan manfaat buat anak bukanlah mainan atau permainan, namun proses bermain yang dilakukan anak. Orang tua bisa membantu anak untuk menciptakan mainan, mengusulkan permainan yang akan dilakukan, dan bermain bersama anak. Dengan demikian, anak bisa mendapatkan manfaat yang jauh lebih besar untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya,” ujar Anna.

Terlebih lagi di masa pandemi ini, tak sedikit masalah yang dihadapi anak saat belajar dari rumah. Mulai dari anak-anak harus menahan keinginan belajar di sekolah, sampai ke masalah yang sifatnya teknis seperti penggunaan kuota membengkak, rebutan gawai, hingga ruangan yang sinyalnya susah.

Awalnya, lanjut Anna, memang banyak yang mengira bahwa anak di rumah lebih sering bermain namun kenyataannya proses belajar mengajar tetap berjalan termasuk harus mengerjakan pekerjaan rumah. Hal itu terkadang membuat orang tua berpikir bahwa bermain hanyalah kegiatan yang buang-buang waktu sehingga lebih baik waktu dipakai untuk kegiatan yang dianggap lebih bermanfaat.

"Padahal bermain banyak sekali manfaatnya yang tidak diajarkan di sekolah. Misalnya dengan bermain, anak-anak bisa menambah wawasan, mendapatkan ide menyelesaikan masalah, dan meningkatkan rasa kepercayaan pada diri sendiri," ucapnya.

Di luar itu, manfaat bermain masih banyak yakni mengasah motorik baik kasar juga motorik halus. Misalnya sepakbola menggunakan motorik kasar, lalu main manik-manik dapat mengasah motorik halus. Bermain sama teman mengasah kemampuan sosialnya. Ketika anak bermain juga turus meningkatkan kemampuan coping si anak.

Anna juga menggarisbawahi bahwa bermain tidak selalu harus mahal, tapi bisa memanfaatkan benda-benda di dalam rumah bahkan alat rumah tangga. Mainan juga bisa dibikin sendiri dengan harga lebih murah, dari barang bekas yang bisa di-reuse dan proses membuat mainan adalah proses bermain juga. Tak hanya itu, story telling atau bermain peran dengan orang tua juga termasuk permainan.

"Proses bermain bisa memberikan manfaat besar karena anak juga terlibat. Orang tua memberikan kesempatan anak punya waktu bermain, tidak perlu terus-terusan tapi bisa sekali-kali terlibat dalam proses bermain. Dan satu lagi melalui proses bermain bisa meningkatkan ikatan atau bonding antara orang tua dan anak," ungkap Anna.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."