Prilly Latuconsina: Tak Mau Di-bully Jangan Jadi Artis, tapi...

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Prilly Latuconsina. Instagram.com/@prillylatuconsina96

Prilly Latuconsina. Instagram.com/@prillylatuconsina96

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaPrilly Latuconsina menceritakan bagaimana dia menghadapi penilaian dan penghakiman orang lain saat masih remaja. Ketika berusia 18 tahun, Prilly mengaku tak tahan dengan gosip yang menerpanya dan itu semua membuatnya terpuruk.

Prilly Latuconsina sampai hendak menyakiti diri sendiri sementara kariernya mulai menanjak dan jadi sorotan publik. "Waktu aku berusia 18 tahun, setiap kali di-bully rasanya marah, tak terkendali dan punya pikiran ingin menyakiti diri dan sendiri," kata Prilly Latuconsina dalam acara Diskusi Hari Anak Nasional bertema Lindungi Anak dari Perundungan di Media Daring Selama Masa Pandemi Covid-19, Selasa 7 Juli 2020.

Di usia yang masih belia, Prilly Latuconsina merasa harus menanggung semua. Membagi waktu antara belajar, bekerja, kebutuhan pribadi dan keluarga. Usia 18 tahun, menurut Prilly, belum siap menerima konsekuensi dari popularitas. Akibatnya, Prilly menganggap dirinya sama seperti label yang orang lain lekatkan. Ketika ada yang menilai kualitas aktingnya kurang bagus, Prilly langsung sedih.

"Kalau enggak mau di-bully, ya jangan jadi artis. Seolah profesi kami wajar untuk di-bully, tapi mereka juga lupa kalau ada etika menggunakan sosial media, etika dalam memberikan kritik yang sesuai pada tempatnya," kata perempuan kelahiran 15 Oktober 1996, ini.

Prilly Latuconsina. Instagram.com/prillylatuconsina96

Merasa semua ini tidak beres jika dibiarkan berlarut, Prilly Latuconsina meminta bantuan kepada orang tua dan pendampingan dari psikolog. Prilly mengimbau para remaja berani terbuka kepada orang tua mereka dalam menghadapi berbagai persoalan. Dari situ Prilly mendapatkan bantuan.

Orang tua memantau berbagai aktivitas netizen terkait isu Prilly Latuconsina. Mereka kemudian menyaring mana akun yang membuat Prilly terganggu dengan komentar pedas dan hanya menghujat, serta akun yang memberikan dukungan dan solusi.

Prilly Latuconsina juga mendapatkan pemahaman bahwa orang punya prinsip masing-masing dan jangan ragu menunjukkan sikap. Semua 'bekal' ini menguatkan dia saat menghadapi perundungan di dunia maya dan dunia nyata. Prilly tidak 'temakan' oleh label atau stigma yang dicap orang lain terhadapnya. Pelabelan itu tidak melekat selamanya dan tidak menjadi keniscayaan.

"Kuncinya mengubah sudut pandang atau cara berpikir bahwa ada nilai dalam diri setiap orang," kata Prilly Latuconsina. "Jadi setiap perundungan bisa ditangkal dengan nilai tersebut."

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."