Kak Seto Imbau New Normal pada Anak Sekolah secara Bertahap

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi bersekolah dengan menggunakan masker. (Xinhua/Kaikeo Saiyasane)

Ilustrasi bersekolah dengan menggunakan masker. (Xinhua/Kaikeo Saiyasane)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penerapan kebijakan normal baru atau New Normal pada anak sekolah disarankan secara bertahap oleh Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang kerap disapa Kak Seto. Ia menyebut penerapan dimulai dari siswa SMA, SMP, dan SD.

"Jadi mulai dari dewasa dulu anak SMA (Sekolah Menengah Atas) diharapkan lebih mampu mengikuti protokol kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin, 8 Juni 2020.

Apabila kebijakan tersebut bisa berjalan dengan baik, maka langkah selanjutnya dapat diterapkan secara perlahan untuk tingkatan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat hingga jenjang Sekolah Dasar (SD).

Penerapan bertahap itu bertujuan agar pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya mengetahui apakah kebijakan normal baru bisa beradaptasi dengan anak-anak.

Khusus bagi anak-anak Pendidikan Usia Dini (PAUD), psikolog anak kelahiran Klaten 28 Agustus 1951 itu menegaskan agar tidak diberlakukan dulu demi mencegah penyebaran dan penularan virus corona jenis baru atau Covid-19.

"Anak-anak PAUD jangan dulu apalagi mereka harus diantar oleh orang tua dan sebagainya sehingga lebih rentan," imbau Kak Seto.

Ia menambahkan orang tua atau wali murid juga harus menyadari tahun ajaran baru bukan berarti anak langsung masuk sekolah. Hal itu disampaikannya mengingat jangan sampai orang tua atau wali murid di Tanah Air bingung dan panik sehingga mengartikan tahun ajaran baru seluruh anak langsung masuk ke sekolah.

"Intinya masuk sekolah itu melihat situasi dan juga berdasarkan koordinasi Gugus Tugas Covid-19, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan pemangku lainnya," jelasnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."