Dokter Ungkap Alasan Pentingnya Obat Kumur usai Sikat Gigi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi sikat gigi. boldsky.com

Ilustrasi sikat gigi. boldsky.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Untuk merawat kesehatan gigi, kita perlu memerhatikan segala hal yang terkait kegiatan sikat gigi, termasuk durasi menyikat. Dokter menyarankan untuk sikat gigi selama tiga menit. Tujuannya agar maksimal menyikat gigi setiap area gigi yang terbagi tiga, yaitu depan, kanan, dan kiri. 

Selain itu, rutin sikat gigi dua kali sehari yakni seusai makan dan sebelum tidur dengan cara yang benar. Seperti apa itu? Gerakannya dari arah gusi ke gigi atau atas ke bawah, bukannya menyamping atau kiri ke kanan dan sebaliknya.

Plak yang bersumber dari sisa-sisa makanan di gigi yang terlewatkan dibersihkan bisa menyebabkan masalah untuk gigi dan mulut antara lain radang gusi, gusi berdarah saat sikat gigi atau flossing, gigi berlubang hingga bau mulut.

"Menyikat gigi hanya menghilangkan 30-53 persen plak. Ada area yang terlewatkan," kata dokter gigi Anggi Pratiwi dalam diskusi "Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut di Masa Pandemi" via daring pada Kamis, 14 Mei 2020.

Oleh karena itu, setelah menyikat gigi sebaiknya sikatlah lidah diikuti membersihkan sela-sela gigi menggunakan benang gigi dan jika perlu berkumurlah dengan obat kumur.

Anggi mengatakan, menambahkan obat kumur bisa membersihkan sela-sela gigi yang tidak terjangkau metode mekanik, yakni sikat gigi dan benang gigi. Di sisi lain, obat kumur bisa mengurangi 99,9 persen kuman.

Namun tak semua usia disarankan menggunakan obat kumur, terutama untuk anak di bawah usia 12 tahun saat gigi belum lekat permanen.

Untuk menjaga kesehatan gigi, memilih makanan yang sehat juga penting antara lain yang mengandung vitamin C, serat, mengontrol asupan makanan manis, lalu minum air putih 2 liter per hari. Satu hal lagi, jangan lupa memperhatikan kebersihan sikat gigi Anda.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."