Kenali Gejala Epilepsi pada Anak, Jeli Lihat Mata dan saat Tidur

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk

Ilustrasi anak kejang/epilepsi. Redcross.org.uk

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perlu diketahui anak-anak yang mengalami kejang karena demam tinggi tidak selalu berujung menderita epilepsi. Risiko epilepsi meningkat, bila anak kejang dalam waktu lama, gangguan sistem saraf hingga memiliki riwayat keluarga epilepsi.

Penyakit epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak. Menurut dokter spesialis anak dan konsultan saraf anak Hardiono Pusponegoro, penyebab epilepsi belum dapat diidentifikasi secara pasti, namun bisa ditelusuri dari berbagai faktor, termasuk pengaruh genetik. Umumnya kondisi ini pertama kali muncul di usia kanak-kanak.

"Kejang epilepsi memerlukan terapi dengan minum obat bukan herbal, namun hingga saat ini penyebab masih belum diketahui secara pasti," ucapnya dalam seminar daring Epilepsi pada Anak dapat Disembuhkan, Kamis 9 April 2020 yang diadakan oleh Anakkuid.

Maka dari itu, Hardiono menyarankan agar orang tua mengenali gejala awal pada anak yang mengalami epilepsi. Sebab epilepsi disebabkan oleh aktivitas abnormal di otak, kejang dapat mempengaruhi proses apa pun yang dikoordinasikan otak Anda. 

Berikut gejala epilepsi pada anak 

- Kebingungan sementara saat tengah fokus.

- Mata menatap kosong setengah melotot.

- Gerakan menyentak lengan dan kaki yang tak terkendali

- Hilangnya kesadaran.

- Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau deja vu (pernah mengalami atau melihat suatu kejadian).

"Sebanyak 26 persen epilepsi anak terjadi saat anak sedang tidur, terjadi kejang lokal dengan suara tenggorokan, tidak bisa bicara anak tetap sadar," ucap ia.

Dalam kebanyakan kasus, seseorang dengan epilepsi akan cenderung memiliki tipe kejang yang sama setiap kali, sehingga gejalanya akan serupa dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.

Dokter pada umumnya mengklasifikasikan kejang sebagai fokus atau generalisasi, berdasarkan pada aktivitas otak yang abnormal dimulai.

"Pengidap epilepsi juga punya pantangan yakni jangan menghentikan obat sendiri, memberi obat tidak teratur, berenang sendiri, naik sepeda sendiri, atau dekat-dekat dengan benda panas," jelas Hardiono.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."