Langkah-langkah Melepaskan Masker Menurut Dokter Paru

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi penggunaan masker, sebagai salah satu upaya penyebaran virus.

Ilustrasi penggunaan masker, sebagai salah satu upaya penyebaran virus.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada sejumlah tata cara dalam melepas masker yang Anda pakai untuk mencegah paparan virus atau bakteri, khususnya saat ini virus corona baru atau COVID-19. Langkah pertama adalah memegang bagian tali saja.

"Melepaskan masker ada caranya, hanya memegang talinya, jangan memegang maskernya," kata Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu, 1 April 2020.

Prosedur ini kerap dilupakan masyarakat karena partikel virus yang kemungkinan menempel di permukaan malah bakal terdistribusi ke tangan. Menurutnya, meski telah melepaskan masker, masyarakat juga jangan merasa telah aman dari ancaman virus. Mereka tetap diminta untuk langsung mencuci tangan sebagai bagian mempertebal proteksi.

"Jangan merasa aman setelah menggunakan masker, setelah melepaskan masker tetap harus mencuci tangan. Menggunakan masker bila batuk, kalau tidak ada lakukan etika batuk. Intinya, pesan pencegahan pertama jaga jarak aman, tinggal di rumah, etika batuk jika bersin, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, lakukan semuanya dengan disiplin," ujarnya.

Ia mengatakan masker bedah efektif mencegah partikel airbone atau penularan lewat udara ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen, namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker.

Apabila permukaan dalam masker sudah basah, maka wajib mengganti atau membuangnya dan itu hanya digunakan sekali pakai.

Di tengah pandemi virus corona, Erlina mengimbau kepada masyarakat bahwa yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis. Jadi, ia mengajak masyarakat untuk tidak memborong masker. Pasalnya, jika ketersediaan masker langka dan orang sakit tidak mendapatkan akses terhadapnya, maka dipastikan akan terus menjadi sumber penularan.

"Kalau orang sehat memborong dan memakai maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua," tukasnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."