Selain Waktu, Perhatikan Durasi Berjemur yang Baik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita santai sambil berjemur sinar Matahari. Dan Kitwood/Getty Images

Ilustrasi wanita santai sambil berjemur sinar Matahari. Dan Kitwood/Getty Images

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Berjemur di bawah sinar matahari tak hanya kegiatan bayi yang baru lahir. Semua kalangan bisa melakukannya bagi kita yang tinggal di negara tropis. Sebab sinar matahari mengandung vitamin D yang baik untuk tubuh.

Namun, perlu memperhatikan waktu dan durasi berjemur yang baik agar benar-benar merasakan manfaatnya. Sebab bila berjemur berlebihan, sejumlah risiko kesehatan terjadi mulai dari luka bakar hingga kanker kulit.

Umumnya, orang berpendapat sinar matahari terbaik adalah pagi hari. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa waktu terbaik adalah saat siang hari. Mengapa?

Suatu penelitian mengemukakan bahwa waktu terbaik untuk mendapatkan sinar matahari adalah antara pukul 10.00 hingga pukul 15.00. Sebab, pada waktu inilah risiko kanker kulit jenis Cutaneous Malignant Melanoma (CMM), justru berada di angka yang paling rendah.

Selain itu, paparan sinar matahari yang didapatkan antara pukul 10.00 hingga pukul 15.00, dapat memicu produksi vitamin D, yang dapat bertahan dua kali lebih lama dalam darah, jika dibandingkan dengan vitamin D yang dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau makanan.

Meski begitu, di jam-jam tersebut, risiko kulit terbakar matahari juga akan meningkat karena sinar matahari cukup menyengat. Sehingga, Anda perlu membatasi waktu paparan.

Waktu ideal terkena paparan matahari, hanyalah 5-15 menit setiap harinya. Anda bisa dapatkan saat melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan saat siang hari. Anda tidak perlu meluangkan waktu khusus untuk berjemur demi mendapatkan vitamin D yang dibutuhkan.

Paparan sinar matahari di wajah, tangan, atau lengan sebanyak dua hingga tiga kali seminggu, sudah cukup untuk menjaga kadar vitamin D di tubuh. Lagipula, Indonesia adalah negara tropis yang dekat dengan garis khatulistiwa. Sehingga, Anda tidak perlu banyak waktu untuk berjemur.

Oleh karena itu, kekurangan vitamin D adalah hal yang relatif jarang dialami masyarakat Indonesia. Kondisi kekurangan vitamin D, lebih banyak terjadi pada orang tua lanjut usia atau lansia yang sudah jarang sekali keluar rumah.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."