Ini Alasan Tak Sembarang Bikin Hand Sanitizer Sendiri

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi-Hand sanitizer. Mahasiswa UGM raih penghargaan berkat lendir ikan. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE

Ilustrasi-Hand sanitizer. Mahasiswa UGM raih penghargaan berkat lendir ikan. SHUTTERSTOCK KOMUNIKA ONLINE

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Sejak diumumkan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi akan adanya pasien positif virus corona baru atau COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, berbagai upaya penanganan dan pencegahan penyebaran virus ini telah gencar dilakukan. Mulai dari ajakan rajin mencuci tangan, penggunaan hand sanitizer jika tidak ada air dan sabun, memakai masker bagi yang sakit hingga penerapan social distancing atau membatasi aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain.

Di antara anjuran itu, keberadaan hand sanitizer menjadi polemik tersendiri. Mulai dari kelangkaan, jika ada harganya melambung tinggi hingga ide membuat hand sanitizer sendiri.

Melihat kondisi tersebut Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui Departemen Kimia Kedokteran berupaya membuat hand sanitizer secara mandiri yang kemudian diberi nama Kimi Hand Care untuk rekan dokternya yang membutuhkan. 

"Awalnya inisiatif dari rekan-rekan di Departemen Kimia, sebab di lapangan banyak dokter dan perawat yang kekurangan stok hand sanitizer. Jadi yang sebelumnya hanya dibuat untuk kalangan terbatas akhirnya kami memberikan secara cuma-cuma kepada masyarakat yang membutuhkan," ucap Ari dalam konferensi pers daring melalui saluran YouTube, Jumat, 20 Maret 2020.

Namun, Ari menyarankan agar masyarakat tidak asal membuat dan menjualnya sendiri tanpa konsultasi dahulu kepada pakar. Sebab bahan yang digunakan termasuk kategori bahan kimia yang memiliki aturan khusus dalam penggunaannya agar tetap aman di kulit si pengguna.

"Kalau merujuk standar (Departemen Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) menggunakan alkohol dengan kadar 96 persen murni sebab virus corona bisa mati dalam waktu satu menit jika kontak dengan alkohol. Nah apakah bisa menjamin, jika kandungan alkoholnya standar?" terang Ari.

Oleh sebab itu, pihaknya tidak menganjurkan membuat sendiri bagi orang awam. Sebab jika komposisi hitungannya tidak sesuai bisa menimbulkan risiko kesehatan seperti kulit telapak tangan pecah-pecah, mudah kering hingga kulit terbakar.

"Membuat hand sanitizer ada standarnya, jika masyarakat tak memiliki pengetahuan khusus lebih baik tidak membuat sendiri. Kita bisa berbuat hal lain misalnya mending kampus yang memiliki laboratorium kimia untuk bekerja sama membuat," pungkas Ari.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."