Bekerja di Rumah Selama Corona, Ibu Mesti Cari Keseimbangan Baru

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi bekerja di rumah. shutterstock.com

Ilustrasi bekerja di rumah. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pemerintah mengimbau masyarakat bekerja di rumah selama masa wabah corona. Bagi sebagian orang, bekerja dari rumah memang menguntungkan karena tak perlu bersiap, ganti pakaian, naik angkutan umum, keluar ongkos, menghabiskan waktu di jalan, dan sebagainya.

Baca juga: 
Sri Mulyani Cerita Rangkaian Aktivitasnya saat Bekerja dari Rumah

Namun bagi ibu bekerja, bekerja di rumah memiliki tantangan tersendiri. Terlebih jika memiliki bayi, anak-anak berusia sekolah, dan ada lansia di rumah. Mereka membutuhkan perhatian ekstra dan semua itu berlangsung selama ibu bekerja.

Aneka keluhan berseliweran di grup aplikasi pesan. Para orang tua mengeluhkan harus menjadi guru dadakan untuk anak-anak mereka yang diberikan banyak tugas. Anak-anak pun stres terhadap pelajaran online dan banyaknya tugas. Belum lagi masalah teknis terkait dengan aplikasi belajar yang belum dikuasai, jaringan Internet, hingga mereka harus berpacu pada sinyal dan tugas.

Kebijakan belajar dan bekerja di rumah pada saat wabah corona seperti ini sedikit-banyak membawa dinamika bagi keluarga yang menjalaninya. Jika tak dikelola dengan baik, akan rentan menimbulkan tekanan psikologis.

Psikolog keluarga dari Klinik Terpadu Keluarga Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, menuturkan kebijakan bekerja di rumah memang mempunyai dinamika tersendiri dan berbeda pada tiap keluarga. Hal ini bergantung pada komposisi keluarga dan usia anggota keluarga, dari yang punya bayi, balita, anak, remaja, hingga lanjut usia.

Dinamikanya pun bisa dilihat dari jenis pekerjaan ayah dan ibu. "Tidak ada formula khusus. Justru dari kondisi ini keluarga harus mencapai keseimbangan baru dalam situasi baru," ujar Anna Surti Ariani. Dengan situasi baru tersebut, ketika orang tua bekerja di rumah, anak akan lebih nempel atau manja, sehingga dibutuhkan strategi khusus dan trik untuk mengelolanya. Beruntung jika anak sudah bisa mandiri dan punya tugas atau jadwal yang telah tersusun dari sekolahnya. Orang tua tinggal mengecek dan menyiapkan perangkat teknisnya.

Strategi agar bekerja di rumah bisa lebih efektif dapat diupayakan dengan beberapa hal. Pertama adalah pengelolaan tempat. Penting untuk menentukan area untuk bekerja, ruang bermain, atau ruang tidur. Anna Surti Ariani mengingatkan agar tidak bekerja di ruang tidur. "Agar kamar tidur tetap sakral untuk istirahat saja," ujarnya. Jadi ruang kerja bisa menggunakan ruang makan atau ruang tamu, lalu ditata agar nyaman untuk bekerja.

Kedua, perlu dikomunikasikan kepada anak, terutama yang masih kecil, bahwa orang tuanya bekerja. Misalnya dengan mengatakan kepada mereka, "Kalau ayah atau ibu mulai buka laptop atau berada di tempat itu, berarti ayah atau ibu sedang bekerja". Hal ini akan memberikan pengertian dan kepastian kepada si anak.

Penting juga mengelola waktu sekaligus mengkomunikasikannya kepada anggota keluarga, kolega, partner, atau rekan di kantor dan klien. Misalnya, membuat kesepakatan waktu bekerja mulai pukul 08.00 hingga 12.00, lalu beristirahat. Kemudian mulai bekerja lagi pukul 14.00, misalnya. Mereka bisa menentukan rapat pula dalam waktu yang disepakati sehingga lebih efektif.

Anna Surti Ariani juga menyarankan untuk memberi pengertian tentang waktu kerja ini kepada anak yang masih kecil atau balita. Hal itu bisa dilakukan dengan memasang tanda tertentu, misalnya syal atau selendang merah, di pintu ruang atau dekat tempat kerja. Jika tanda itu masih terpasang, artinya ayah atau ibu masih bekerja.

Selain itu, penting untuk menyiapkan perangkat teknis bagi anak-anak supaya belajar, misalnya aplikasi. Hal ini sangat efektif untuk menyelesaikan pekerjaan atau waktu belajar anak-anak. Dia juga mengingatkan agar saat rapat daring lebih dulu disiapkan dan disampaikan kepada anggota keluarga dan rekan kerja. Misalnya, mereka diingatkan untuk tidak berlalu-lalang atau meminta permakluman kepada rekan kerja jika sesekali harus meninggalkan rapat karena ada anak kecil atau orang sakit yang butuh dibantu.

Berikutnya, Anna Surti Ariani menyarankan untuk realistis menetapkan hasil atau target pekerjaan sesuai dengan kondisi yang ada. Tugas, materi, atau pekerjaan apa yang harus diprioritaskan harus diatur sehingga segala sesuatunya lebih terkendali. Dengan demikian, bekerja di rumah pun bisa lebih efektif, efisien, terhindar dari stres, dan nyaman.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."