4 Alasan Gurita Bayi Berisiko pada Kesehatan Bayi Menurut IDAI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
ilustrasi bayi. Unsplash.com/Hlder Almeida

ilustrasi bayi. Unsplash.com/Hlder Almeida

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penggunaan gurita bayi masih jadi pro kontra di masyarakat. Banyak yang menilai bisa menjaga bayi tetap hangat dan mencegah perut kembung. Namun, para pakar medis berkata lain. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) maupun Kementerian Kesehatan bahkan berpendapat bahwa gurita dapat mendatangkan risiko bayi bayi. 

Berikut empat risiko pemakaian gurita bayi dari sesak napas dan gumoh

1. Bayi berisiko sesak napas

Pemakaian gurita bayi dapat menekan lambung buah hati Anda sehingga membatasi pernapasannya. Bayi masih banyak bernapas lewat otot-otot perut sehingga membatasi pergerakan perutnya akan mengakibatkan ia sulit bernapas.

Orang tua juga sebaiknya tidak panik ketika melihat bayi bernapas dengan sangat cepat karena jumlah napas bayi memang lebih banyak dibanding orang dewasa. Rata-rata bayi bernapas sebanyak 40-60 kali per menit dan bisa melambat hingga 30-40 kali per menit ketika tidur.

Anda mungkin melihat bayi bernapas lebih cepat selama beberapa waktu, kemudian melambat selama kurang dari 10 detik, lalu bernapas normal kembali. Hal ini pun masih tergolong normal dan dinamakan bernapas periodik.

Jika Anda mencemaskan irama napas bayi yang terlalu cepat atau terlalu lambat, konsultasikan dengan dokter. Menggunakan gurita bayi untuk menormalkan kembali jalan napas bayi baru lahir bukanlah solusi.

2. Tidak terbukti dapat mencegah perut kembung

Orang tua mungkin merasa khawatir pada perut bayi yang terlihat besar. Sebagian besar bayi memang memiliki perut yang gendut, apalagi setelah menyusu dalam jumlah banyak. Jangan heran, jika perut bayi setelah menyusu akan terasa keras, tapi biasanya kembali lunak dalam beberapa jam setelahnya dan itu bukan pertanda bayi mengalami kembung.

Sebaliknya, Anda perlu mewaspadai jika perut bayi yang terlihat bengkak dan keras diikuti dengan konstipasi maupun sering muntah. Periksakan bayi ke dokter jika mengalami ini.

Sebagai langkah pencegahan perut kembung, bukan menggunakan gurita bayi. Sebaliknya, Anda dapat memposisikan kepala bayi lebih tinggi saat menyusu, membuatnya bersendawa setelah menyusu, maupun sesekali menggerakkan kaki bayi seakan ia tengah menggenjot sepeda, agar tidak ada gas yang terperangkap di lambungnya.

3. Meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh

Gumoh pada bayi sebetulnya hal yang biasa dan tidak berbahaya, serta dapat berkurang seiring pertambahan usia bayi. Gumoh pun bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya posisi menyusu yang tidak tepat hingga belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan bayi.

Pemakaian gurita bayi pun bisa meningkatkan risiko bayi mengalami gumoh karena benda tersebut membuat lambung bayi tertekan. Bila dalam kondisi tersebut bayi dipaksa minum, maka lambungnya akan tertekan sehingga mengakibatkan cairan kembali ke mulut alias gumoh.

4. Tidak terbukti bisa mencegah pusar bayi bodong

Memiliki pusar bodong seringkali dianggap sebagai aib bagi sebagian orang tua. Oleh karena itu, banyak orang tua yang menempelkan koin di pusar bayi dan memakaikan gurita bayi kencang-kencang untuk mencegahnya. Meski demikian, cara ini tidak terbukti secara medis dapat mencegah pusar bayi bodong di kemudian hari.

Dalam dunia medis, pusar bodong dikenal dengan sebutan hernia umbilikal. Kondisi ini sangat normal ditemui pada bayi baru lahir, apalagi bayi prematur, tapi umumnya tidak berbahaya dan mayoritas akan membaik ketika anak berusia 3-4 tahun.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."