Cegah Meluasnya Virus Corona, Seoul Fashion Week Dibatalkan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Seoul Fashion Week. (Instagram/@seoulfashionweek_official)

Seoul Fashion Week. (Instagram/@seoulfashionweek_official)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Wabah virus corona baru atau COVID-19 yang bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, pada Desember 2019 sudah menjadi kekhawatiran masyarakat dunia. Termasuk pelaku industri mode yang memilih membatalkan sejumlah jadwal pekan mode atau fashion week

Usai Shanghai Fashion Week maupun China Fashion Week, Seoul Fashion Week yang dijadwalkan pada 17-21 Maret 2020 juga ikut diurungkan. 

Korea Selatan diketahui merupakan negara dengan jumlah kasus penyebaran terbesar setelah Cina, dengan hampir 1.000 kasus infeksi, 144 warga baru pun terinfeksi, dan delapan warga meninggal dunia pada Selasa, 25 Februari 2020.

Menurut The Korea Herald, sekitar 165 calon pembeli diundang ke Seoul Fashion Week musim sebelumnya, yang terdiri dari 135 pembeli Asia dan 30 pembeli dari Amerika Serikat dan Eropa.

Sebanyak 36 brand fashion pun dijadwalkan untuk memamerkan koleksi baru mereka di runway pada bulan depan, menurut Pemerintah Metropolitan Seoul.

Selain di benua Asia, pekan mode di benua Eropa juga berdampak. Giorgio Armani contohnya, ia memilih menggelar fashion show secara online di pekan mode Milan, Italia guna mencegah penyebaran virus corona. Keputusan itu diambil secara kilat usai perdana menteri Italia, Giuseppe Conte, mengadakan konferensi pers mengenai wabah virus corona di tenggara Milan. 

Tak hanya itu, pameran Cosmoprof Worldwide Bologna di Italia juga telah ditunda hingga Juni. Italia dilaporkan juga terkena wabah tersebut dengan 229 infeksi dan 7 kematian pada 25 Februari 2020.

Sementara Rakuten Fashion Week Tokyo yang dijadwalkan dimulai pada 16 Maret 2020 belum membuat pengumuman terkait kelanjutan acara mode tersebut.

ANTARA | MILA NOVITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."