Minyak Jagung Kaya Vitamin E, tapi Berisiko Kegemukan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi minyak masak. Americanhouse.com

Ilustrasi minyak masak. Americanhouse.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaMinyak jagung adalah minyak olahan hasil ekstraksi dari biji jagung. Minyak ini sering digunakan dalam memasak makanan, terutama dengan teknik deep frying. Walau begitu, minyak jangung juga dipakai dalam industri kosmetik, termasuk sebagai komposisi dalam make up, sabun cair, hingga sampo.

Proses pembuatan dari biji jagung menjadi minyak terbilang kompleks. Selama proses pengolahan ini, banyak vitamin dan mineral dari biji jagung yang hilang. Meski demikian, minyak ini masih mengandung vitamin E.

Kandungan gizi dari satu sendok makan minyak jagung terdiri dari lemak 14 gram, vitamin E 13 persen dari rekomendasi kebutuhan harian, dan kalori 122.

Kandungan lemak dalam minyak jagung terdiri atas asam lemak omega-6 berupa asam linoleat serta omega-3. Hanya saja, porsi antara asam lemak omega-6 dibanding omega-3 tersebut tak seimbang, yakni 46:1.

Menurut beberapa studi, minyak jagung memiliki beberapa potensi manfaat kesehatan

1. Berpotensi untuk menjaga kesehatan jantung

Minyak jagung mengandung vitamin E dan jenis lemak yang disebut asam linoleat. Vitamin E merupakan molekul antioksidan andal, yang mampu mengendalikan radikal bebas penyebab kerusakan sel. Radikal bebas yang tak terkendali dapat memicu penyakit kronis, termasuk penyakit jantung.

Untuk asam linoleat, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Circulation menemukan bahwa perubahan konsumsi dari lemak jenuh menjadi asam linoleat dikaitkan dengan penurunan risiko serangan jantung hingga 9 persen, dan penurunan risiko kematian akibat masalah jantung hingga 13 persen.

2. Kaya dengan fitosterol

Fitosterol adalah senyawa alami tumbuhan yang struktur kimianya mirip dengan kolesterol pada hewan. Senyawa ini pun memiliki sifat antiradang.

Mengonsumsi makanan yang mengandung antiradang dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker.

Sebagai tambahan, fitosterol diketahui dapat menghambat tubuh dalam menyerap kolesterol. Kolesterol yang terkendali dapat menurunkan risiko penyakit jantung.

Berikut beberapa risiko kesehatan yang patut untuk dicermati, bahkan mungkin terlalu besar jika dibandingkan dengan manfaat di atas

1. Diolah melalui banyak proses

Untuk memproduksinya, minyak jagung harus melewati proses yang cukup rumit agar bisa kita konsumsi. Proses ini cenderung membuat minyak jagung sudah teroksidasi. Artinya, pada ukuran terkecilnya, elektron pada atom di minyak jagung sudah terlepas sehingga membuatnya tidak stabil.

Atom-atom tidak stabil dalam tubuh dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit, menurut studi yang dimuat dalam jurnal Trends in Pharmotological Sciences tahun 2017.

2. Tinggi dengan omega-6

Asam linoleat, yang termasuk ke dalam omega-6, memang memiliki potensi manfaat kesehatan untuk jantung. Walau begitu, omega-6 dapat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan.

Sebagian besar studi menyebutkan, porsi yang baik antara omega-6 dengan omega-3 adalah 4:1. Sementara itu, seperti yang disampaikan di atas, perbandingan omega-6 dengan omega-3 dalam minyak jagung adalah 46:1. 

Ketidakseimbangan omega-6 dengan omega-3 dapat memicu masalah, seperti kegemukan atau obesitas, gangguan fungsi otak, depresi, dan penyakit jantung. Omega-6 juga cenderung bersifat ‘mendukung’ peradangan, terutama jika kadar omega-3 yang bersifat antiradang terlalu sedikit di tubuh.

Jadi, minyak jagung sebenarnya sehat atau tidak? Minyak jagung memang mengandung beberapa gizi yang menyehatkan. Walau begitu, hal tersebut tidak menjadikannya sebagai minyak sehat. Hal dikarenakan minyak jagung diolah dengan beberapa proses, serta ketidakseimbangan omega-6 di dalamnya.

Sebagai alternatif untuk minyak yang lebih sehat, Anda bisa mempertimbangkan minyak zaitun extra virgin dan minyak kelapa dalam mengolah makanan.

Minyak zaitun ekstra virgin cenderung tidak melewati proses layaknya minyak jagung. Selain itu, dikaitkan pula dengan penurunan risiko gangguan medis, seperti penyakit jantung, kanker, dan obesitas.

Sementara itu, minyak kelapa lebih stabil pada suhu tinggi dan lebih resisten terhadap proses oksidasi. Sebisa mungkin, karena pertimbangan di atas, penggunaan minyak jagung bisa dibatasi.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."