Saking Panik, Ada yang Minta Surat Keterangan Bebas Virus Corona

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Pasien pengidap virus Corona berolahraga bersama di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, 10 Februari 2020. Para pasien virus Corona tetap berolahraga sebagai salah satu upaya wapenyembuhan. Xinhua/Xiong Qi

Pasien pengidap virus Corona berolahraga bersama di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, 10 Februari 2020. Para pasien virus Corona tetap berolahraga sebagai salah satu upaya wapenyembuhan. Xinhua/Xiong Qi

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada-ada saja kelakuan pasien yang datang memeriksakan diri ke dokter sejak merebak wabah virus corona di Wuhan, Cina. Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan kebanjiran pasien sepanjang Desember 2019 sampai Januari 2020.

Sebagian besar pasien dia mengeluh demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Menurut Erlina, mereka yang datang dilanda ketakutan telah terpapar corona. Apalagi kondisinya mirip dengan gejala terjangkit corona. Kepada mereka, Erlina selalu bertanya apakah baru pulang dari luar negeri. "Mereka bilang tidak," kata Erlina pada Kamis, 6 Februari 2929.

Erlina Burhan sampai geleng-geleng kepala. Dari pemeriksaannya, mereka hanya menderita flu biasa. "Pasien bertambah, tapi malah bikin pusing," kata dia. Ada pula pasien yang datang dalam kondisi sehat. Mereka meminta dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta Timur, itu memberikan vaksin agar kebal terhadap virus Wuhan.

Jangankan Indonesia, Cina saja belum memiliki penawar virus tersebut. Untuk membuat vaksin suatu virus, dibutuhkan waktu penelitian bertahun-tahun. "Lah, ini virusnya baru saja ditemukan," kata Ketua Kelompok Kerja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu. Pemerintah Cina baru mengumumkan penemuan virus tersebut pada akhir 2019.

Sebagian pasien bahkan meminta Erlina membuat surat pernyataan bebas corona. Umumnya, mereka baru pulang dari luar negeri. Mereka meminta surat itu supaya tidak dianggap sebagai pembawa wabah. Erlina menolak. Ia cuma menyanggupi memeriksa kondisi fisik mereka. Kalau memang memiliki gejala seperti terjangkit virus tersebut, dahak mereka akan diperiksa di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Dari situ, baru terungkap adakah virus corona hinggap di tubuh mereka.

Erlina Burhan menduga kekhawatiran sebagian besar pasiennya disebabkan oleh hoaks alias kabar kibul yang beredar di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat ada 60 kabar bohong soal corona Wuhan yang menyebar hingga awal Februari 2020. Salah satunya menyebutkan virus itu sudah muncul di negeri ini. Hoaks lain menyebutkan cara penularan corona. Misalnya melalui sup kelelawar, telepon seluler merek Xiaomi, bahkan lewat tatapan mata. Kabar lain berbicara tentang cara menangkal corona, seperti dengan makan bawang putih, minum alkohol, atau mengurapkan air wudu ke tubuh.

Menanggapi kabar kibul itu, Erlina tertawa. Menurut dia, 'cara alternatif' itu belum terbukti bisa membunuh corona Wuhan. Memang, virus bisa mati dengan alkohol berkadar 70 persen. Tapi alkohol dengan kadar setinggi itu biasanya digunakan untuk membersihkan tangan atau benda-benda. Coba-coba meminumnya sama saja dengan merusak organ tubuh.

Erlina membenarkan info bahwa kelelawar menjadi salah satu pembawa corona. Tapi, jika kelelawarnya direbus sampai matang, virus akan mati. Virus itu pun tak bisa hidup lama di atas benda mati, seperti buah dan telepon seluler. "Paling hanya satu hari," katanya. Corona baru bisa berumur panjang kalau menumpang pada binatang atau orang.

Kepala Lembaga Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan tak semua organ tubuh bisa dihinggapi virus tersebut. Corona Wuhan hanya bisa masuk ke badan kalau menempel pada bagian yang memiliki reseptor yang pas dengannya. Contohnya kelopak mata, hidung, dan mulut. Penularan bisa terjadi melalui percikan ludah orang yang sudah terinfeksi. "Bisa lewat bersin atau batuk," kata guru besar ilmu mikrobiologi klinik Universitas Indonesia itu.

Dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengatakan bukan hanya organ di kepala manusia yang harus diwaspadai. Justru media penularan paling sering adalah tangan. Organ tubuh yang satu ini paling sering menyentuh benda yang juga dipegang orang lain, seperti gagang pintu, meja, dan pegangan tangga. Semua bakteri dan virus yang menempel di benda itu bisa ngikut di tangan kita.

Jika tangan tak dicuci, potensi virus corona masuk ke tubuh menjadi besar. "Kalau tak cuci tangan, lalu kucek-kucek mata, bisa ketularan," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu. Jadi tatapan mata saja tak bisa menularkan virus.

Sesungguhnya, kata Amin Soebandrio, kita tak perlu khawatir virus itu masuk ke tubuh selama kondisi badan sehat. Pasukan daya tubuh bakal menyerang virus yang menyelusup. Kemenangan sudah pasti diperoleh jika badan bugar. Namun, kalau daya tahan tubuh sedang memble, misalnya karena penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit ginjal, karpet merah tergelar untuk virus itu. Virus bahkan bisa langsung masuk ke sel dan melipatgandakan diri terus-menerus.

Menurut Amin, virus corona Wuhan akan masuk ke saluran pernapasan atas. Sinyal perlawanan akan dikirimkan satu pasukan imun kepada teman-temannya dengan cara membuat tubuh demam. Prajurit lain pun akan datang membantu. Jika corona Wuhan sudah menembus sel-sel di saluran pernapasan atas tersebut, muncullah gejala batuk, yang berarti virus sudah memperbanyak diri. Perang akan terus terjadi. Jika tentara imun kalah, virus bakal menyerang wilayah lain, yaitu saluran pernapasan bagian bawah, seperti paru-paru.

Di dalam paru yang sudah diinvasi, sel-sel akan meradang dan mengakibatkan pneumonia, yaitu infeksi pada jaringan dan kantong udara di paru-paru. Infeksi ini bakal membuat pasokan oksigen ke seluruh tubuh berkurang dan kebutuhan O2 bisa tak terpenuhi. Padahal sel-sel di seluruh tubuh sangat bergantung pada oksigen untuk hidup. "Pneumonia ini yang menyebabkan angka kematian tinggi," ujar Agus Dwi Susanto.

Dengan ketiadaan antivirus corona Wuhan, maka cara terbaik mencegahnya masuk ke tubuh adalah cuci tangan. Di antaranya menggunakan air yang mengalir dengan sabun antiseptik atau cairan antiseptik. Ketika berada di tempat umum, lebih baik menggunakan masker bedah. Mereka yang merawat orang yang dicurigai terinfeksi corona Wuhan juga harus memakai kacamata pelindung untuk menghindari percikan ludah. "Yang terpenting, jagalah daya tahan tubuh," kata Amin.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."