Wabah Virus Corona, Perusahaan Mode LVMH Berdonasi Rp 31 Miliar ke Palang Merah Cina

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sejumlah pasien yang dinyatakan sembuh berfoto bersama dengan staf medis di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Zhejiang di Hangzhou, Cina, 5 Februari 2020. Di wilayah Zhejiang, tujuh pasien pneumonia yang terinfeksi virus Corona dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit pada Rabu (5/2). Xinhua/Xu Yu

Sejumlah pasien yang dinyatakan sembuh berfoto bersama dengan staf medis di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Zhejiang di Hangzhou, Cina, 5 Februari 2020. Di wilayah Zhejiang, tujuh pasien pneumonia yang terinfeksi virus Corona dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit pada Rabu (5/2). Xinhua/Xu Yu

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaVirus corona atau coronavirus menjadi salah satu wabah penyakit yang menjadi perhatian masyarakat dunia. Virus corona diketahui muncul pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019.  Tidak hanya menjadi perhatian utama lembaga dan pelaku di bidang kesehatan, penggerak mode pun ikut merasakan dampaknya.

Salah satunya menurun drastis pembelian di beberapa butik mewah yang berlokasi di Cina. “Setiap hari rata-rata orang yang berkunjung ke butik terbesar kami di Beijing sebanyak 600-800. Sebanyak 90-120 pengunjung membeli barang. Minggu lalu, hanya lima orang yang datang ke butik,” bunyi percakapan lewat pesan seorang eksekutif senior di salah satu rumah mode mewah terbesar di Eropa kepada karyawan butik di Beijing, mengutip laman Vogue.

Meninjau dari data, pasar mode di Cina saat ini berperan besar dalam transaksi fashion dunia. Saat mengulik data tahun 2000, pasar Cina hanya berkontribusi 2 persen dari penjualan. Namun di tahun 2019 menurut studi Bain & Company, sebanyak 35 persen dari semua pembelian barang-barang mewah, seperti busana, jam tangan, dan perhiasan terjadi di Cina atau berkat pembelian warga negara Cina yang traveling keluar negeri. Angka itu hanya berbeda sekitar 2 persen dibandingkan gabungan transaksi yang dilakukan masyarakat Eropa dan Amerika Serikat.

Oleh karena itu, sejumlah agenda pagelaran mode ke depan mulai memperhitungkan dampak yang bisa terjadi. Contonya pekan mode London, Milan, dan Paris akan kehilangan banyak atau sebagian pembeli, editorial, dan influencer dari Cina akibat pembatasan perjalanan. Rumah mode yang bergantung dengan produksi di pabrik Cina turut merasakan dampaknya dengan pembatasan aktivitas, misalnya.

Ketua dan CEO LVMH Bernard Arnault pun angkat bicara. "Jika itu (virus corona) diselesaikan dalam dua hingga dua setengah bulan ke depan, itu tidak akan mengerikan. Jika itu berlangsung selama dua tahun, itu cerita lain," kata Arnault seperti dikutip dari laman Vogue.

LVMH Moët Hennessy atau biasa dikenal LVMH adalah perusahaan yang menaungi sejumlah merek mode seperti Louis Vuitton, Dior, Bvlgari, Sephora, Celine hingga Loewe. Perusahaan multinasional ini berdiri sejak 1987 dan berpusat di Prancis, Paris.

Didorong oleh rasa kemanusiaan dan kekhawatirannya, LVMH telah menyumbangkan sebanyak US$2,3 juta atau sekitar Rp 32 miliar kepada Palang Merah Cina untuk memenuhi kebutuhan medis di sana. Tidak hanya itu, Kering, L'Oréal, dan beberapa perusahaan mode lainnya ikut berdonasi kepada lembaga bantuan lainnya demi mengatasi virus corona.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."