Dokter Ingatkan Hoaks Masker Terbalik Bisa Cegah Virus Corona

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Dua orang berlari untuk membeli masker di tengah merebaknya virus corona di Hong Kong, Cina, Sabtu, 1 Februari 2020. WHO telah menetapkan pandemi virus corona sebagai situasi darurat global. REUTERS/Tyrone Siu

Dua orang berlari untuk membeli masker di tengah merebaknya virus corona di Hong Kong, Cina, Sabtu, 1 Februari 2020. WHO telah menetapkan pandemi virus corona sebagai situasi darurat global. REUTERS/Tyrone Siu

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyebaran virus corona baru yang muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, sejak akhir Desember 2019 diikuti oleh sejumlah hoaks atau kabar bohong. Lewat berbagai media sosial, hoaks tersebut disebarkan sehingga menimbulkan tanda tanya di masyarakat.

Salah satu di antaranya dan ramai diperbincangkan adalah penggunaan masker terbalik. Melalui pesan berantai, dikabarkan bahwa masker yang digunakan dengan cara bagian dalam ke luar dan sebaliknya dipercaya bisa mencegah masuknya virus corona.

Dokter spesialis paru Erlina Burhan membantah kebenaran hal tersebut. Menurutnya, penggunaan masker untuk tujuan menurunkan risiko virus apa pun, termasuk corona, harus tetap seperti cara pada umumnya.

“Yang hijau di luar dan yang putih di dalam. Itu yang paling benar bukan dibalik,” ucap dokter Erlina dalam acara Info Sehat FKUI pada Kamis, 30 Januari 2020.

Ia menjelaskan bahwa masker bagian luar dan dalam sudah memiliki fungsi masing-masing. Untuk bagian luar, sifatnya tahan air sehingga cairan dari orang sekitar yang bersin bisa tertahan. Sedangkan yang bagian dalam, tujuannya untuk menyaring dan menyerap percikan

Hoaks lain yang disanggah oleh dokter Erlina adalah konsumsi alkohol untuk mencegah tubuh dari virus corona. Ia menjelaskan bahwa alkohol memang memiliki kandungan yang baik untuk mematikan virus.

Sayangnya, kadar pada minuman beralkohol tidak cukup kuat untuk membunuh virus, termasuk corona. Erlina menjelaskan bahwa kadar yang dimaksudkan harus 70 persen.

“Kalau minuman beralkohol pada umumnya tidak mungkin setinggi itu. Sedangkan kadar setinggi itu hanya ditemukan pada klorin dan iodin povid. Diminum, bisa merenggut nyawa. Jadi ini hoaks juga,” papar ia.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."