Awas, Toxic Relationship Bisa Memicu Stres hingga Stroke

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com

Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap orang memiliki sisi baik dan buruk, demikian juga semua hubungan pernah melewati masa-masa sulit. Naik turun suatu hubungan itu hal wajar, tapi jangan biarkan mengarah ke toxic relationship. Cek apakah hubungan yang tengah Anda bangun berpotensi toxic dengan menjawab pertanyaan berikut ini.

Ketika Anda bersama orang itu atau setelah Anda bersama orang itu, apakah Anda merasakan hal-hal berikut sebagian besar waktu (atau lebih dari separuh waktu)?

1. Energi terkuras secara fisik atau emosional.
2. Berpikir buruk tentang dirimu.
3. Anda selalu memberi tanpa mendapatkan kembali, atau orang lain selalu menerima tanpa memberi kembali kepada Anda.
4. Dijauhi teman dan orang lain.
5. Terisolasi dari teman, keluarga, atau orang lain yang mendukung Anda, karena pasangan tidak ingin Anda berada di sekitar orang-orang yang tidak toxic.
6. Secara emosional atau fisik tidak aman atau terluka.
7. Takut.

Hubungan yang saling mendukung satu sama lain adalah anugerah besar bagi kesehatan. Namun sayangnya, tak semua hubungan berlangsung sesuai yang kita inginkan, termasuk saat kita terjebak pada toxic relationship.

Dilansir dari laman Dr. Will Cole, menunjukkan banyak penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat stres kita berdampak negatif terhadap kesehatan. 

Stres dapat meningkatkan hampir setiap masalah kesehatan seperti masalah otak, tiroid, kekebalan, dan berat badan. Tetapi lebih khusus lagi, studi Whitehall II sebuah badan penelitian terkemuka diikuti lebih dari 10.000 orang selama lebih dari 12 tahun, menegaskan bahwa hubungan toxic bisa menyebabkan stres adalah gangguan kesehatan adalah nyata.

Menurut penelitian tersebut, mereka yang berada dalam toxic relationship berada pada risiko lebih besar terkena masalah jantung dan stroke, dibandingkan mereka yang hubungan dekatnya tidak negatif.

Manusia telah mengadaptasi sesuatu yang disebut respon transkripsional kekal terhadap kesulitan (CTRA), dan sejenis ekspresi gen yang berhubungan dengan peradangan dan kekebalan rendah. 

Jika Anda dikejar oleh predator, CTRA memungkinkan beberapa manfaat jangka pendek yang bermanfaat, seperti peningkatan penyembuhan, pemulihan fisik, dan peningkatan kemungkinan bertahan hidup.

Namun, stres kronis dari hubungan yang tidak sehat dapat menyebabkan aktivasi jangka panjang CTRA otak, berkontribusi terhadap peradangan kronis dan meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti kelelahan adrenalin.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."