8 Manfaat Sukses Laktasi untuk Ibu Bekerja, Jadi Lebih Produktif

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi menyusui. SpineUniverse

Ilustrasi menyusui. SpineUniverse

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Negara-negara maju sudah menjadikan angka capaian Air Susu Ibu atau ASI eksklusif sebagai indikator utama kesehatan bangsa. Seyogyanya, Indonesia juga fokus menjadikan ASI eksklusif dan laktasi sebagai salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional.

Kualitas laktasi Ibu Indonesia menunjukkan jika mereka sama sekali belum mengerti bahwa menyusui merupakan perilaku sehat yang bisa bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi sekaligus kesehatan ibu itu sendiri.

Kenyataan tersebut juga tertuang dalam hasil penelitian Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK dari Ikatan Alumni (ILUNI) Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menunjukkan lebih dari 70% ibu Indonesia yang merupakan pekerja buruh dan sedang masa menyusui.

"Menyusui memang hak asasi, di Indonesia sudah ada wadah yakni Serikat Buruh Indonesia (SBI) bagi perempuan yang bekerja di sektor produksi. Sayangnya Serikat Buruh masih berkonsentrasi pada pengupahan. Harusnya diberi kompetensi untuk memberikan advokasi tentang kesehatan buruh," ucap dr. Ray dalam pemaparan diskusi Laktasi Health Collaborative Center di Jakarta, Jumat 20 Desember 2019.

Hak kesehatan menurut dr. Ray bukanlah hanya untuk mendapatkan asuransi kesehatan, tapi juga promosi kesehatan, termasuk pengetahuan tentang laktasi yang baik.

Mengutip penelitian dan publikasi ilmiahnya terdahulu, dr. Ray mengungkapkan sukses laktasi pada ibu pekerja terbukti tidak hanya menyehatkan tumbuh kembang bayi, tapi juga membantu mempertahankan status produktivitas kerja.

dr. Ray Wagiu Basrowi, Iluni MKK Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saat ditemui di acara Diskusi Laktasi, Jumat, 20 Desember 2019. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

Ketika pekerja perempuan sukses laktasi, banyak keuntungan yang bisa didapatkan seperti yang disampaikan dr. Ray di bawah ini

1. Pekerja perempuan di perusahaan yang menerapkan model promosi laktasi terbukti 8 kali lebih produktif untuk mencapai target kerja.

2. Menerapkan model promosi laktasi di tempat kerja 6 kali lebih besar meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif pekerja perempuan.

3. 51 persen pekerja perempuan sekaligus ibu menyusui di perusahaan yang menerapkan model promosi laktasi terbukti memiliki kesehatan reproduksi yang lebih baik.

4. Menghasilkan 91 persen pekerja perempuan yang menyusui dengan tingkat kehadiran di atas 80 persen.

5. Model promosi laktasi di tempat kerja terbukti 27 kali lebih besar meningkatkan perilaku laktasi yang baik pada pekerja perempuan yang baru kembali dari cuti melahirkan.

6. Meningkatkan pengetahuan dan perilaku laktasi pekerja perempuan

7. Persentase keberhasilan ASI eksklusif hingga 64 persen.

8. Konselor laktasi di tempat kerja terbukti 2 kali lebih efektif membantu pekerja perempuan menyusui untuk memberi ASI eksklusif.

Berkaca pada penelitian terbaru, menurut dr. Ray, harusnya model dan konten komunikasi tentang edukasi laktasi dan menyusui juga selaras dengan pentingnya kesehatan bagi ibu. 

“Apabila pemerintah belum bisa memberikan cuti melahirkan hingga 6 bulan, maka sangat penting untuk memastikan implementasi dukungan laktasi di tempat kerja menjadi maksimal, karena sangat penting untuk melindungi peran laktasi Ibu," jelas dr. Ray.

Dengan segala permasalahan yang masih dihadapi ibu menyusui di Indonesia, Health Collaborative Center ingin menegaskan bahwa paling tidak pemerintah harus bisa mengoptimalkan aturan promosi laktasi di tempat kerja. Sebab efek laktasi dan menyusui sangat besar, bukan hanya terhadap kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga untuk kesehatan bangsa.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."