7 Risiko Sulam Bibir, Reaksi Alergi hingga Infeksi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Pengunjung membuat sulam bibir pada pameran alat kecantikan

Pengunjung membuat sulam bibir pada pameran alat kecantikan "Cosmobeaute" di Jakarta Convention Center (JCC), 17 Oktober 2015. Pameran ini diikuti beberapa negara, antara lain: Vietnam, Myanmar, Malaysia, Thailand dan Indonesia. TEMPO/Aditia Noviansyah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sulam bibir populer di kalangan wanita karena prosedur ini dapat membuat bibir merah merona tanpa harus menggunakan lipstik. Efek sulam bibir bahkan digadang-gadang permanen karena pigmen warna di-tattoo ke dalam lapisan kulit dalam yang paling atas sehingga tidak akan hilang ketika dibilas. 

Sulam bibir sebetulnya istilah yang diberikan oleh orang Indonesia untuk kegiatan merajah bibir alias tato bibir. Proses pengerjaannya dilakukan dengan memasukkan pigmen warna ke dalam bibir Anda dengan menggunakan jarum tato yang berukuran kecil.

Sama seperti sebelum Anda memutuskan merajah badan Anda, banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan sulam bibir. Selain soal biaya, pertimbangan yang terpenting adalah soal keamanan prosedur dan alat yang digunakan agar Anda terhindar dari risiko efek samping sulam bibir.

Meski dianggap permanen, warna yang Anda masukkan ke bibir itu tidak akan bertahan selamanya. Warna tersebut bisa pudar dalam hitungan minggu hingga tahun sehingga harus sering dirawat, bahkan Anda harus kembali menjalani sulam bibir untuk kembali menyuntikkan pigmen warna yang sama ataupun warna baru sesuai keinginan Anda.

Selain pertimbangan permanen atau tidak permanen di atas, berikut sejumlah risiko sulam bibir.

1. Bengkak

Jarum tato dapat mengakibatkan munculnya lubang kecil pada kulit sehingga memicu reaksi bengkak sebagai respons atas adanya lubang tersebut. Untuk mengatasi bengkak setelah sulam alis, Anda bisa mengompres bibir dengan es batu.

2. Infeksi

Banyak hal dapat mengakibatkan munculnya infeksi setelah Anda melakukan sulam bibir, misalnya dari penggunaan jarum atau alat tato lainnya yang tidak disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

Anda juga dianjurkan berkumur sebelum melakukan sulam bibir di bibir bagian dalam untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.

3. Meninggalkan bekas luka

Ketika luka akibat sulam bibir tidak kunjung sembuh, luka tersebut bisa meninggalkan bekas yang malah akan mengganggu penampilan Anda.

4. Reaksi alergi

Hal ini ditandai dengan munculnya rasa gatal, biang keringat, atau biduran terutama jika Anda memiliki kulit sensitif. Untuk mengantisipasi reaksi alergi, Anda bisa meminta ahli sulam bibir untuk menggunakan pigmen warna yang bersifat nonalergenic.

5. Anafilaksis

Anafilaksis adalah contoh reaksi alergi yang muncul beberapa jam setelah sulam bibir, meski jarang ditemui tapi sangat mungkin terjadi. Anafilaksis ditandai dengan bibir yang bengkak, begitu pula area leher dan pipi, serta disertai oleh rasa sesak napas. Jika tidak segera ditangani dapat mengancam nyawa. 

6. Penyakit menular lainnya

Penyakit menular, seperti hepatitis B, hepatitis C, hingga HIV, karena penggunaan jarum yang tidak steril bisa mengakibatkan terjadinya penularan penyakit lewat darah.

Penelitan menunjukkan risiko Anda terkena efek samping yang parah setelah menjalani sulam bibir hanya 0,02 persen. Memang persentase itu sangat kecil, tapi tidak ada salahnya Anda waspada dan memilih tempat sulam bibir yang dapat dipertanggungjawabkan keselamatannya.

Sebenarnya ada langkah mudah untuk membuat bibir terlihat cerah dan merona, yaitu dengan adalah menjaga asupan cairan Anda tidak kurang sehingga Anda terhindar dari dehidrasi, yang salah satunya dapat membuat bibir pucat dan pecah-pecah.

Bila perlu, gunakan pelembap bibir agar bibir tidak kering atau gunakan lidah buaya yang dapat bekerja layaknya pelembap alami di bibir. Hindari juga gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, yang dapat membuat bibir Anda menghitam, berkerut, dan kendor. 

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."