Erosi Serviks Biasanya Menyerang Wanita Muda Kenali 5 Gejalanya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi Miss V

Ilustrasi Miss V

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Banyak orang khawatir erosi serviks merupakan gejala kanker serviks karena terlihat seperti peradangan. Namun penting untuk tahu bahwa tidak ada hubungan antara erosi serviks dengan masalah kanker serviks atau kanker lainnya.

Erosi serviks atau erosi mulut rahim yang dipengaruhi hormon ini tidak berbahaya. Disebut juga dengan ektropion, erosi serviks terjadi saat sel-sel kelenjar dalam leher rahim justru tumbuh di luar serviks.

Pada umumnya, erosi serviks terjadi pada perempuan berusia muda. Tidak ada gejala spesifik yang dirasakan. Namun gejala yang bisa terlihat dengan jelas di antaranya ruam kemerahan di leher rahim ketika dokter melihat dengan menggunakan spekulum, keputihan, keluar flek meski tidak sedang haid, serta rasa nyeri saat dan setelah berhubungan seksual dan bahkan keluar darah

Gejala ini bisa terasa ringan hingga parah tergantung pada kondisi ektropion yang dialami seseorang. Warna kemerahan pada leher rahim terjadi karena sel-sel tersebut sangat sensitif dan mudah mengalami iritasi. Apabila gejala erosi serviks ini semakin parah, tidak ada salahnya konsultasi dengan dokter. 

Beriku ini penyebab erosi serviks yang berbeda pada setiap wanita

1. Bawaan lahir

Beberapa perempuan memang terlahir dengan kondisi erosi serviks, artinya kondisi ini tidak terjadi karena fluktuasi hormon.

2. Perubahan hormon

Terkadang, erosi mulut rahim bisa terjadi karena level hormon yang sangat fluktuatif. Biasanya, hal ini dialami oleh perempuan yang sedang dalam usia produktif. Perempuan yang sudah masuk fase menopause jarang mengalami ektropion.

3. Konsumsi pil KB

Bagi sebagian orang, menggunakan kontrasepsi pil KB kadang bereaksi tak
bersahabat bagi tubuh. Efek samping pil KB juga dapat berpengaruh signifikan terhadap hormon seseorang. Ini bisa memicu terjadinya erosi serviks. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter apakah perlu mengganti alat kontrasepsi.

4. Kehamilan

Lagi-lagi soal hormon, periode kehamilan juga bisa menyebabkan seorang perempuan mengalami ektropion atau erosi serviks. Namun ektropion tidak akan membahayakan janin.

5. Usia 

Perempuan yang sedang berada di fase pubertas juga berisiko tinggi mengalami ektropion. Mengingat erosi serviks tidak berbahaya, seringkali kondisi ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu perawatan apapun. Selama tidak mengalami gejala memburuk atau pendarahan secara persisten, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Erosi serviks biasanya diketahui saat pap smear. Pemeriksaan pap smear ini bisa membedakan apakah gejala kemerahan ini merupakan ektropion atau gejala awal terjadinya kanker serviks. Meskipun tidak berhubungan, gejalanya cukup serupa.

Sebenarnya, ektropion tidak perlu diberi tindakan apapun selama tidak mengganggu. Namun apabila gejala mulai terasa mengganggu seperti pendarahan dan rasa nyeri saat berhubungan seksual, keputihan berlebih, hingga pendarahan, tak ada salahnya berdiskusi dengan dokter.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."