Memanggil Mesra Rekan Kerja Bisa Jadi Bibit Selingkuh di Kantor

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi selingkuh. Shutterstock

Ilustrasi selingkuh. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah Anda termasuk yang memanggil mesra rekan kerja di kantor? Seksolog dokter Boyke Dian Nugraha menyebutkan sebaiknya berhati-hati dengan kebiasaan memanggil rekan kerja dengan panggilan mesra karena bisa menjadi pintu masuk perselingkuhan.

"Ke teman seperti panggilan cin, say, beb, sebagian orang memang sudah biasa memanggil atau menulis di aplikasi messenger, apalagi sudah akrab kerja satu kantor. Misalnya 'Cin, tungguin dong' atau 'Mau makan di mana'," ucap Boyke.

Tapi lama-lama, kebiasaan memanggil rekan kerja dengan panggilan tersebut bisa berubah menjadi "perselingkuhan kering". "Perselingkuhan kering itu perselingkuhan menggunakan kata-kata mesra berkomunikasi sehari-hari dan juga di aplikasi perpesanan," katanya.

Sementara, perselingkuhan kering ini terjadi ketika salah satu pasangan suami istri mengalami permasalahan ketidakharmonisan dalam rumah tangga dan berujung curhat kepada rekan kerja.

"Ketika salah satu mengalami permasalahan seks di rumahnya, atau kadang orang yang bekerja membawa permasalahan ke rumah, misalnya capek atau kesal, dan akhirnya curhat dengan rekan kerja, dia lagi ribut sama pasangan, ini lama-lama menjurus pada perselingkuhan basah," ucapnya.

Perselingkuhan basah yaitu perselingkuhan yang dilakukan dengan cara kencan bertemu langsung, jalan-jalan, mengobrol berdua, atau sampai melakukan hubungan seks dengan pasangan selain suami atau istri. Menurut penelitian Boyke, sebanyak 20-30 persen perselingkuhan kering akhirnya berujung pada perselingkuhan basah.

"Mereka mengatakan, sebenarnya kita awalnya tidak ada niat kok dok buat selingkuh, paling banyak loh begitu mengatakan, ini gara-garanya cara ngobrol dengan teman kantor," kata Boyke.

ANTARA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."