2 Pilihan Terapi untuk Bayi Penderita Hidrosefalus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi bayi. Shutterstock.com

Ilustrasi bayi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Penyakit hidrosefalus sebagian besar terjadi pada bayi. Tandanya ukuran kepala bayi membesar lebih dari ukuran normal karena terjadi penumpukan cairan di otak. Hidrosefalus bisa menyebabkan kejang dan kerusakan pada otak bayi. Jika kondisi ini tidak segera ditangani maka dapat berakibat fatal.

Sejauh ini belum ada cara yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan hidrosefalus sepenuhnya. Akan tetapi, dengan deteksi dini dan melakukan berbagai tindakan pencegahan, kualitas hidup penderita penyakit ini bisa ditingkatkan. Penanganan hidrosefalus juga bergantung pada seberapa cepat kondisi tersebut didiagnosis, diobati, dan diidentifikasi ada atau tidaknya gangguan yang mendasari. Hidrosefalus pada bayi dapat didiagnosis dengan cara, seperti:

#USG prenatal
Melakukan USG prenatal secara rutin bisa mendeteksi dini terjadinya hidrosefalus pada janin yang sedang berkembang selama kehamilan.

#Mengukur kepala bayi setelah lahir secara teratur
Ketika bayi sudah lahir, pengukuran kepala bayi secara teratur bisa dilakukan untuk mendeteksi hidrosefalus. Jika ditemukan kelainan. misalnya seperti ukuran kepala meningkat dengan cepat dan lebih besar dari bayi pada umumnya, maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

#MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT scan
Penyakit hidrosefalus dapat dipastikan dengan pemeriksaan MRI atau CT scan yang dapat memberikan gambar otak bayi secara lebih rinci.

Penyakit hidrosefalus harus segera ditangani untuk mengurangi tekanan yang terjadi pada otak bayi. Sebab jika tidak, ada risiko kerusakan serius pada otak yang mengatur fungsi penting dalam tubuh, seperti pernapasan dan detak jantung bayi.

Dengan perawatan yang tepat waktu, bayi dengan hidrosefalus bisa menjalankan kehidupan yang normal. Namun, bagi bayi dengan memiliki masalah medis yang lebih kompleks, seperti sipina bifida atau perdarahan di otak sejak prematur, mungkin punya lebih banyak masalah kesehatan yang perlu ditangani.

Selain itu, luasnya gejala juga memengaruhi tingkat keparahan hidrosefalus. Banyak anak yang mengalami kerusakan otak seumur hidup karena hidrosefalus dapat memengaruhi perkembangan fisik dan intelektualnya.

Bayi penderita hidrosefalus bisa memiliki kehidupan yang normal dengan beberapa keterbatasan. Tetapi, dengan bantuan berbagai profesional, seperti dokter anak, ahli saraf pediatrik, terapis perkembangan anak, fisik, serta okupasi, maka kecacatan dapat dikendalikan dan diminimalisir efeknya. Meskipun dokter dapat mendiagnosis hidrosefalus sejak bayi di dalam kandungan, namun pengobatan umumnya dilakukan ketika bayi lahir.

Beberapa terapi untuk bayi penderita hidrosefalus, yaitu:

#1. Shunt 
Shunt adalah terapi utama yang biasanya digunakan untuk penderita hidrosefalus. Pada terapi ini, dilakukan pemasangan tabung khusus yang diletakkan di otak untuk mengalirkan cairan berlebih. Kelebihan cairan dari otak disalurkan ke bagian tubuh lain yang lebih mudah diserap, seperti perut, rongga dada, dan ruang jantung. Kemudian cairan tersebut akan diserap oleh aliran darah.

Tabung yang diletakkan adalah tabung panjang dan fleksibel, dengan katup yang dapat menjaga cairan dari otak mengalir ke arah yang benar dan pada tingkat yang tepat. Katup dalam terapi shunt mengatur aliran untuk mencegah pengeringan cairan di otak secara berlebihan ataupun kurang. Terapi shunt dapat digunakan untuk mengobati hidrosefalus dari penyebab apa pun. Terapi ini diperlukan seumur hidup pada penderita hidrosefalus.

Meski efektif, namun kerja alat tersebut tidak dapat bertahan selamanya, atau hanya bisa bertahan selama bertahun-tahun sehingga memerlukan operasi lain untuk memperbaikinya jika telah berhenti berfungsi. Operasi tambahan mungkin juga diperlukan untuk memasukkan tabung yang lebih panjang seiring bertumbuhnya bayi.

Oleh sebab itu, pemantauan rutin sangat diperlukan untuk terapi ini. Adapun risiko komplikasi dari terapi shunt adalah terjadinya infeksi sehingga memerlukan suntikan antibiotik dan mengganti tabung shunt.

#2. Ventrikulostomi
Terapi ventrikulostomi, atau disebut Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV), merupakan pilihan lain dalam pengobatan hidrosefalus meski jarang dilakukan pada bayi. Pada terapi ini, dokter akan memasukkan kamera kecil ke otak bayi dan membuat lubang di salah satu ventrikel (rongga otak) atau di antara ventrikel dengan suatu alat sehingga membuka penyumbatan. Cairan berlebih dari otak pun akan mengalir keluar melalui lubang tersebut, dan diserap ke dalam aliran darah.

Bayi penderita hidrosefalus cenderung mengalami berbagai kelainan perkembangan, terutama pada masalah kecerdasan, ingatan, dan penglihatan. Namun dengan perawatan yang tepat, kebanyakan bayi dengan hidrosefalus dapat bertahan hidup. Bahkan sekitar dari setengahnya memiliki kecerdasan yang normal.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."