Mengenal Penyebab dan Tanda Hidrosefalus pada Bayi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi bayi dibedong. theparentbible.com

Ilustrasi bayi dibedong. theparentbible.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyakit hidrosefalus lebih sering terjadi pada bayi maupun orang yang berusia di atas 60 tahun. Ciri utama dari penyakit hidrosefalus adalah ukuran kepala yang semakin membesar. Khusus untuk bayi, penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan pada otak bayi sehingga tindakan pencegahan perlu dilakukan.

Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal di rongga otak. Cairan ini memiliki tiga fungsi vital, yaitu melindungi sistem saraf, menghilangkan sisa-sisa dalam tubuh, dan memelihara otak. Dalam satu hari, otak memproduksi 1 liter cairan serebrospinal. Cairan serebrospinal yang sudah lama akan diserap ke dalam pembuluh darah. Jika proses produksi dan penyerapan cairan serebrospinal terganggu, maka dapat menyebabkan cairan tersebut menjadi berlebih.

Berlebihnya cairan serebrospinal dapat meningkatkan ukuran dan tekanan pada otak. Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan jaringan otak dan menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi otak. Adapun yang menjadi penyebab dasar dari hidrosefalus, yaitu: terlalu banyak cairan serebrospinal yang diproduksi, tersumbatnya aliran cairan otak, dan cairan serebrospinal tidak dapat terserap ke dalam darah.

Perlu Anda ketahui bahwa terdapat beberapa jenis hidrosefalus. Hal ini bisa tergantung pada penyebabnya. Berikut adalah jenis hidrosefalus yang biasanya terjadi pada bayi:

1. Hidrosefalus bawaan
Hidrosefalus bawaan merupakan salah satu kelainan paling umum pada perkembangan bayi. Pada hidrosefalus bawaan, bayi lahir dengan penyumbatan di saluran cairan otaknya. Hidrosefalus ini bisa disebabkan oleh kondisi cacat lahir, bahkan seringkali terjadi pada bayi dengan cacat tabung saraf. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh infeksi ibu selama kehamilan yang memengaruhi perkembangan otak bayi, seperti rubella, sipilis, gondok, dan toksoplasmosis.

2. Hidrosefalus didapat
Hidrosefalus didapat akan berkembang setelah kelahiran. Penyebab hidrosefalus didapat, yaitu cedera atau penyakit yang menyebabkan tersumbatnya cairan otak. Hal tersebut bisa dipicu oleh pendarahan di dalam otak akibat prematur, tumor otak, meningitis (radang selaput otak atau sumsum tulang belakang), cedera, infeksi, dan bahan kimia tertentu dalam otak.

Tanda penyakit hidrosefalus pada bayi

Bayi yang mengalami penyakit hidrosefalus akan menunjukkan tanda yang dapat membedakannya dari bayi normal. Berikut tanda hidrosefalus yang mungkin terjadi pada bayi:

#Kepala menjadi sangat besar
Ini merupakan tanda yang paling utama dari penyakit hidrosefalus. Kepala bayi akan menjadi sangat besar melebihi bayi seusianya.

#Ukuran kepala meningkat dengan cepat
Ketika ukuran kepala bayi Anda meningkat dengan cepat, maka Anda harus waspada karena itu dapat menjadi tanda dari hidrosefalus. Selain itu, di bagian atas kepala juga terdapat benjolan yang lunak dan tegang.

#Pertumbuhan yang buruk
Bayi dengan hidrosefalus akan mengalami pertumbuhan yang buruk. Tersumbatnya cairan otak di kepala membuat beberapa fungsi otak bayi menjadi rusak sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

#Cepat marah
Bayi dengan hidrosefalus juga akan mudah marah atau rewel meski sudah disusui. Hal ini terjadi karena kepala yang semakin terasa berat dan hilangnya nafsu makan pada bayi.

Bukan hanya itu, bayi hidrosefalus juga akan menunjukkan tanda-tanda lain, seperti mata cekung, mudah mengantuk, kejang, sulit makan, otot lemah, kejang, respons yang lambat ketika disentuh, dan muntah.

Hidrosefalus dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada fisik, intelektual, dan perkembangan bayi.  Ketika bayi memiliki tanda hidrosefalus, maka Anda harus waspada dan segera memeriksakan kondisinya pada dokter. Sementara, jika Anda sedang merencanakan kehamilan atau baru melahirkan, Anda dapat mencegah terjadinya hidrosefalus dengan langkah-langkah tertentu.

Pastikan Anda mendapatkan perawatan prenatal selama kehamilan. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko untuk kelahiran prematur yang menjadi salah satu penyebab hidrosefalus. Selain itu, Anda juga harus mendapatkan vaksin kesehatan yang dapat mencegah timbulnya penyakit dan infeksi yang terkait dengan hidrosefalus pada bayi.

Lakukan pula pemeriksaan kesehatan secara rutin untuk deteksi dini, bila terdapat penyakit atau infeksi yang bisa membuat bayi terkena hidrosefalus, dan agar Anda segera mendapat penanganan yang tepat.

Selalu pastikan keselamatan bayi Anda, jangan sampai ia mengalami cedera di kepala. Cedera di kepala bisa membuat bayi memiliki hidrosefalus. Oleh sebab itu, perhatikan standar keamanan kereta bayi ataupun ayunan yang Anda miliki.

Lakukan juga pemeriksaan kesehatan untuk bayi, agar bisa mendeteksi tumor, meningitis, ataupun infeksi otak yang dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus. Jangan lupa untuk selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan bayi Anda.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."