Makanan Sehat untuk Jemaah Haji, Penyajian Butuh Perhatian Khusus

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Jemaah haji Indonesia berdesak-desakn untuk mendapat makanan di Padang Arafah. TEMPO/Mahanizar Djohan

Jemaah haji Indonesia berdesak-desakn untuk mendapat makanan di Padang Arafah. TEMPO/Mahanizar Djohan

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Makanan yang sehat dan dalam jumlah tepat akan membantu kelancaran ibadah para jemaah haji. Di balik itu, pasukan dapur alias petugas katering pun harus menyiapkan makanan sesuai standar dan tentu saja tidak mudah.

Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama (Kemenag), Sri Ilham Lubis, di Kota Mekkah, Minggu, 28 Juli 2018 mengatakan pihaknya dalam dua hari terakhir melakukan evaluasi terhadap 36 perusahaan penyedia katering untuk jemaah haji Indonesia selama di Mekkah.

“Alhamdulillah secara umum dari 36 perusahaan itu yang mendapatkan nilai dari 90-100 ada 30 perusahaan, artinya sangat baik dari yang mereka lakukan selama ini,” kata Sri Ilham.

Sebanyak enam sisanya masih mendapatkan catatan dari beberapa sisi dan standar yang ditetapkan Pemerintah Indonesia. Ia mengatakan umumnya perusahaan yang mendapatkan catatan tersebut kurang dari sisi akurasi gramasi jenis makanan dalam setiap porsinya.

“Ada catatannya ini seperti kita sudah menetapkan gramasi untuk makanan itu, nasi tidak boleh kurang dari 200 gram, lauk tidak boleh kurang dari 100 gram, sayuran tidak boleh kurang dari 80 gram. Nah, ini dari pengawas melihat terkadang ditemukan makanan kurang gramasinya, tapi tidak banyak. Satu dua kali bahkan ada yang lebih,” katanya.

Hal itulah yang membuat pihaknya semakin memperketat fungsi kontrol dan pengawasan agar perusahaan tersebut kembali pada standar yang telah disepakati bersama. Dalam dua hari terakhir pihaknya melakukan evaluasi layanan perusahaan katering dalam dua tahap. Tahap pertama, evaluasi terhadap 18 perusahaan dan tahap kedua pada 18 perusahaan tersisa.

“Tujuan kami evaluasi untuk menyampaikan bagaimana pelaksanaan layanan katering selama dua minggu di Mekkah, bagaimana masing-masing perusahaan itu sudah mendapatkan penilaian,” katanya.

Jamaah haji Indonesia antre membeli makanan asli Indonsia yang dijual di pinggir jalan di Misfalah, Mekkah. ANTARA/Saptono

Dengan begitu diharapkan, perusahaan-perusahaan tersebut bisa terus mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas layanan kepada jemaah Indonesia. Sejumlah aspek penilaian dalam evaluasi, meliputi kualitas menu dan bahan, ketepatan gramasi makanan, dan cita rasa. Pihaknya juga mengingatkan penyedia katering untuk bersiap menghadapi puncak musim haji.

“Untuk menu sayuran juga kami sampaikan, khususnya di masa peak season, jalanan sudah padat, lalu kapasitas layanan bertambah mereka harus lebih waspada dan ekstra hati-hati dengan cara mereka tidak masak sekaligus sayuran untuk seluruh jemaahnya, tetapi membagi dalam 2-3 tahap dan ini yang perlu disampaikan kepada mereka,” jelasnya.

Ia mengingatkan kepada perusahaan, baik pelaksana di dapur, para koki, dan pimpinan perusahaan agar benar-benar melakukan perannya dengan baik dalam melayani jamaah haji.

“Seperti masak dalam jumlah besar lalu terburu-buru karena mengejar waktu ini juga misal masak ayam broast, ayam goreng, ini kalau terburu-buru chefnya kadang ayamnya matang di luar cepat, tapi tengahnya masih kurang matang,” katanya.

Maka kekurangan itulah yang mendorong pihaknya untuk terus melakukan pengawasan dan edukasi kepada perusahaan katering.

Beberapa peningkatan layanan katering juga terus diharapkan, di antaranya telah diwujudkan dalam hal pemberian jatah menu bubur kacang hijau kepada jemaah setiap selesai Salat Jumat. Selain itu juga mengganti menu ikan kembung yang sulit dibersihkan dengan ikan cue yang tak kalah lezat dari sisi rasa.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."