BKKBN Imbau Guru Berikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Hasto Wardoyo. ANTARA

Hasto Wardoyo. ANTARA

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo meminta para guru di Sekolah Siaga Kependudukan untuk memberikan materi pendidikan kesehatan reproduksi pada siswanya. "Karena banyak hal yang kecil sederhana tapi mereka tidak tahu," kata Hasto saat meresmikan SMAN 1 Kepanjen Malang di Kabupaten Malang, Rabu 17 Juli 2019 sebagai Sekolah Siaga Bencana.

Dalam Sekolah Siaga Kependudukan diberikan materi mengenai kesehatan reproduksi, bonus demografi, struktur kependudukan, dan lainnya yang akan berdampak pada pembangunan dan perekonomian Indonesia.

Sekolah Siaga Kependudukan mengintegrasikan pendidikan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga ke dalam beberapa mata pelajaran dan atau muatan lokal khusus kependudukan.

Para guru diberikan bekal materi dan modul sebagai acuan materi tentang kependudukan termasuk edukasi kesehatan reproduksi yang diselipkan di mata pelajaran tertentu. Hasto mengatakan siswa penting untuk memahami isu kependudukan agar bisa membantu menciptakan penduduk yang tumbuh seimbang dari segi kuantitas dan berkualitas guna meningkatkan SDM.

Menurut Hasto, membangun SDM Indonesia berkualitas ke depan harus dimulai dari siswa sekolah dengan memahami berbagai isu kesehatan yang akan berdampak pada pertumbuhan pendudukan berkualitas atau tidak.

Hasto mengingatkan pada remaja tentang bahaya perkawinan dini yang bisa menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya, bahkan hingga kematian.

Dia mencontohkan angka kematian ibu di Indonesia yang masih tinggi, yaitu 305 kematian setiap 100 ribu proses persalinan. Tingginya kasus kematian ibu ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya akibat dari perkawinan dini. "Di Malang masih tinggi perkawinan usia muda, 45 persen kawin di bawah 19 tahun. Jadi setiap 100 perkawinan di Kabupaten Malang, 45 kawin di bawah 19 tahun. Sehingga angka kematian ibu masih terjadi," kata Hasto.

Dia berpendapat, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi berbeda dengan pendidikan seks. Edukasi kesehatan reproduksi menerangkan bagaimana berbagai risiko gangguan kesehatan bisa muncul apabila seorang anak sudah melakukan hubungan seksual di bawah umur.

Berbagai risiko gangguan kesehatan seperti kanker mulut rahim, kecerdasan anak yang dilahirkan rendah, komplikasi saat persalinan, hingga kematian ibu bisa terjadi akibat dari perkawinan usia dini.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."