Memahami Kanker Tulang, Penyebab dan Pengobatan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak terluka/patah tulang. Shutterstock.com

Ilustrasi anak terluka/patah tulang. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kanker tulang termasuk kanker yang tergolong langka dan sulit disembuhkan serta dapat menyebabkan kematian. Kanker tulang terjadi akibat adanya sel tulang yang tumbuh tidak normal.

Penyakit ini dapat dialami sejak usia anak hingga dewasa, terutama pada perempuan usia produktif, yaitu 21-35 tahun. Sedangkan untuk anak-anak yang memiliki riwayat kanker pada retina atau selaput jala mata (retinoblastoma) dan melakukan terapi kanker sejak kecil mempunyai risiko terkena kanker tulang. Penyebab kanker tulang sampai saat ini masih belum diketahui.

Baca juga:
Ini Langkah Terbaik untuk Melawan Kanker

Manager Medical Underwriter Sequis, dokter Fridolin Seto Pandu, mengatakan bahwa kanker tulang biasanya terkait faktor genetik. Misalnya, jika keluarga memiliki sindrom Li-Fraumen (disebabkan kesalahan gen yang diwarisi dari orang tua), penyakit Paget atau tulang rapuh akibat jaringan tulang baru secara perlahan menempati jaringan tulang lama (Paget’s disease), riwayat kanker mata (retinoblastoma), dan ada riwayat penyakit lain yang berkaitan dengan paparan sinar radiasi tinggi, maka risiko terkena kanker tulang akan lebih besar.

Ada beberapa kanker tulang yang dikenal, yaitu kanker tulang primer yang terbentuk dari sel-sel tulang dan pertama kali muncul di jaringan tulang, misalnya, Osteosarcoma (osteogenic sarcoma) yang berasal dari sel tulang. Kanker tulang ini paling agresif dan paling banyak ditemukan, terutama pada pria usia 10-30 tahun.

Ada juga jenis lain yang disebut Chondrosarcoma, berasal dari tulang rawan. Jenis ini lebih sering ditemukan pada perempuan usia di atas 40 tahun. Selanjutnya, kanker Sarcoma Ewing, berkembang di tulang dan dapat juga berawal dari jaringan atau organ lain. Jenis ini banyak ditemukan pada usia anak hingga dewasa muda.

Kanker tulang juga bisa merupakan kanker sekunder atau metastasis yang awalnya kanker terjadi di sel atau jaringan lain di tubuh kemudian menyebar ke tulang, misal kanker prostat, payudara, usus, dan paru kemudian menyebar ke tulang.

Kanker tulang termasuk sulit dideteksi dini, akan tetapi jika ada keluhan nyeri pada tulang tertentu yang tidak kunjung sembuh dan semakin nyeri ketika beraktivitas, seperti tulang lengan atas dekat bahu, tungkai bawah (dekat lutut), tungkai atas, panggul, terjadi penurunan berat badan secara drastis, atau badan terasa makin lemah maka sebaiknya segera periksa ke dokter. Ciri lain yang harus diwaspadai, seperti tangan atau kaki sering terasa dingin dan kesemutan hingga mati rasa.

Ilustrasi tulang. REUTERS

Jika sakit pada tulang tersebut memang ternyata terkena kanker dan dibiarkan dapat terjadi pembengkakan di area persendian sehingga akan sulit untuk digerakkan dan nantinya akan semakin melemah, rapuh, dan berisiko pada terjadinya patah tulang.

“Ada juga yang mengira jika keseleo atau terkilir dapat menjadi pencetus kanker tulang. Kita tidak bisa juga mengabaikan hal ini tetapi sebaiknya ketika terjadi risiko sakit pada tulang jangan diabaikan. Biasanya, dokter akan melakukan anamnesis dan pemeriksaan lanjutan terutama jika terjadi kelemahan dan mudah patah pada anggota badan yang keselo atau terkilir tersebut, “ imbuh Seto.

Artikel lain:
Dua Kanker Ini Paling Banyak Mengancam Wanita

Apakah jika terjadi risiko kanker tulang, misal pada kaki lalu harus diamputasi? Menurut Seto, amputasi bisa menjadi solusi penyembuhan tetapi tidak semua kanker tulang harus diamputasi.

“Amputasi merupakan tindakan pembedahan untuk menghilangkan sebagian atau seluruh angota tubuh dalam hal ini tangan atau kaki yang mengandung tumor agar tidak ada penyebaran lebih jauh. Amputasi akan dilakukan oleh dokter berdasarkan stadium, lokasi, dan penyebaran kanker tulang, yaitu jika kanker telah menyebar ke area lain di sekitar tulang, ujar Seto.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."