Ni Putu Eka Wiryastuti, Bupati Perempuan Pertama di Bali

foto-reporter

Editor

Insan Gavindi

google-image
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti.

IKLAN

INFO CANTIKA -- Sepanjang Indonesia merdeka, baru pada 2010 di Bali ada bupati perempuan, Ni Putu Eka Wiryastuti, kepala daerah Kabupaten Tabanan. Prestasinya, alih-alih  mengecewakan, ia justru menjadi ikon perempuan dalam politik daerah.

Sebagai kepala daerah, ia membawa Tabanan ke arah yang lebih baik sebagaimana seharusnya pemimpin daerah yang baik. Nilai plusnya, adalah karena ia perempuan.

Selama dua periode memimpin, ia banyak membuat program yang menyasar perempuan, seperti program untuk menekan jumlah penderita kanker serviks – kanker pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia. Ia juga menaruh perhatian lebih pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yang sebagian besar melibatkan perempuan.

Berkat prestasinya itu, Eka diganjar berbagai penghargaan. Ia mendapat Anugerah Parahita Ekapraya (APE) tahun 2018 dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (PPPA),  Anugerah Citra Indonesia Tahun 2019 kategori The Most Inspiring Young Woman Entrepreneur of The Year, penghargaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)  sebagai Kabupaten Peduli HAM 2018, dan  puluhan penghargaan lain.

Wanita kelahiran 21 Desember 1975 ini mengaku sangat terbantu dalam memimpin daerah oleh pengalamannya dalam berorganisasi. “Saya mulai terlibat dalam organisasi pada usia 23 tahun, mulai dari organisasi sayap partai hingga Lembaga Swadaya Masyarakat. Ada sekitar tujuh organisasi yang saya ikuti,” kata Eka.

Ketika berorganisasi ia senang turun ke masyarakat. Ia kerap turun memberikan penyuluhan kanker serviks kepada perempuan di desa-desa. Terutama, bagaimana membangkitkan kesadaran perempuan untuk deteksi dini untuk mencegah penyakit. “Penyuluhan ini menantang dan mengajarkan banyak hal karena masyarakat umumnya masih merasa tabu untuk diperiksa pada bagian reproduksinya,” ujar Eka.

Selain penyuluhan kesehatan, ia juga membaur di antara perempuan Bali sambil memberi pelatihan sanggul hingga membuat penganan.

Berkat kedekatannya dengan warga, pada Pemilu Legislatif 2009 ia nyaris melenggang ketika berebut kursi DPRD. Ia menjabat Ketua Komisi IV yang menangani bidang kesehatan. Tidak lama di kursi legislatif, ia ikut berebut kursi Bupati Tabanan dan kembali menang mudah.

Lalu, berkat kerja kerasnya yang memuaskan warga, ia kembali terpilih menjadi Bupati Tabanan untuk periode kedua.

Eka memang anak I Nyoman Adi Wiryatama, Bupati Tabanan periode 2000-2010. Tapi,untuk sampai pencapaian sekarang ini, tak semudah membalik telapak tangan.  “Semua tidak jatuh dari langit. Menjadi anak seseorang tidak menjadi jaminan dia akan menjadi apa. Semua kembali pada kemampuan diri sendiri,” tutur puteri pertama I Nyoman Adi Wiryatama ini.

Ia juga menampik jika kariernya seperti pejalan yang menemukan jalan lempang. Halangan sempat ia alami, walau kemudian berhasil ia atasi. “Saya sempat mengalami diskriminasi pemimpin perempuan,” ujarnya.

Kuncinya, menurut Eka hanya satu, yaitu spiritual. Di manapun ia berada, ia tidak melupakan Sang Maha Kuasa. Bahkan, salah satu rutinitasnya adalah meditasi. “Itu memberi ketenangan. Karena saya yakin,bahwa semuanya bisa berubah. Tuhan memberikan jalan, tiba-tiba kita punya ide dan inovasi di luar pemikiran.”

Tidak mengherankan, Eka tampak enjoy menjalani hidup. Ia rajin berolahraga treadmill dan renang. “Saya tidak pernah susah tidur karena stres,” ujarnya sambil tertawa.

Ke mana pun ia pergi, ia berusaha menyempatkan untuk membeli buah tangan untuk staf-stafnya. Karena itu, ia suka berburu barang murah di pusat perbelanjaan di kota besar.“Tidak perlu yang terlalu mahal, yang penting mereka senang,” ujarnya.

Ia sendiri tidak pernah gengsi untuk mengenakan baju dengan harga murah. Meski tidak pilih-pilih dalam berbusana, penampilannya tetap terlihat menarik dan segar.
“Tidak perlu branded, yang penting mix-match juga sopan dan nyaman,” katanya.

Perempuan menurutnya tidak perlu takut untuk maju. Salah satu tipsnya: teruslah belajar.”Milikilah sense untuk lebih banyak mengetahui apa yang menjadi bidang kita. Jangan  pernah merasa cukup dengan ilmu,” ucap Eka.

Di era digital ini, Eka tidak ketinggalan untuk memanfaatkan teknologi untuk berbagi informasi, seperti dengan vlog di YouTube. Ia ingin mengenalkan kearifan lokal Tabanan. Menurutnya, kunjungan wisata ke Kabupaten Tabanan akan menguntungkan rakyat dengan menikmati hasil dari pariwisata.

Ke depannya, Eka bercita-cita untuk membuat kedai kopi ala Tabanan. “Saya  ingin mengenalkan kopi Tabanan di luar negeri dengan brand sendiri,” ujarnya. (*)

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."