Rutin Periksa Tekanan Darah Anak Cegah Risiko Penyakit Jantung

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com

Ilustrasi anak hipertensi/tekanan darah tinggi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyakit jantung merupakan penyumbang tertinggi angka kematian di dunia. Sebab itu, para ahli kesehatan menyarankan untuk mencegah semakin banyak orang dewasa yang terkena penyakit jantung, perlu melakukan pengawasan kesehatan pada anak-anak.

Baca juga: 6 Rambu Buat Pasien Penyakit Jantung yang Ingin Olahraga

Khususnya mereka yang mempunyai risiko terkena penyakit kardiovaskular atau penyakit yang berkaitan dengan kondisi kesehatan jantung. Cara mengetahui apakah seorang anak berpotensi mengalami penyakit kardiovaskular dengan melihat riwayat kesehatan keluarga dan gaya hidup. 

Selain itu, studi terbaru di Amerika Serikat mengemukakan bahwa melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur bisa membantu menetapkan indikator kemungkinan penyakit kardiovaskular pada anak di kemudian hari. “Berdasarkan hasil penelitian kami, pedoman ini cukup akurat dalam mengidentifikasi individu yang mengalami hipertensi ketika dewasa atau indikator risiko penyakit jantung lainnya,” kata Dr. Lydia A. Bazzano, profesor epidemiologi di Sekolah Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Tropis di New Orleans, Amerika Serikat, yang juga penulis senior di studi ini.

 

Selain membantu dokter untuk memprediksi kemungkinan anak mengalami penyakit kardiovaskular, menurut Lydia A. Bazzano pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada anak juga merupakan langkah preventif untuk menjaga kualitas kesehatan anak hingga dewasa. “Itu sebenarnya hal yang baik karena memungkinkan orang tua dan anak-anak untuk melakukan perubahan jika diperlukan yang dapat bermanfaat bagi kesehatan mereka seumur hidup,” jelas Lydia A. Bazzano.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."