Penyebab Manusia Gampang Percaya Hoax

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Derasnya informasi seiring perkembangan teknologi dan media sosial memudahkan orang menerima berbagai informasi, termasuk berita benar ataupun palsu alias hoax. Apalagi di tahun politik seperti 2019.

Meski gerah dengan maraknya penyebaran hoax atau berita bohong, sekarang ini fenomena tersebut tidak bisa dihindari. Jika tidak cermat, kita pun bisa dengan mudah percaya dengan hoax, apalagi di media sosial. Sebenarnya, apa alasan yang membuat orang lebih mudah percaya hoax?

Baca juga:
5 Cara Menangkis Berita Hoax dan Orang yang Percaya

Menurut psikolog, secara alami setiap orang memiliki kecenderungan untuk mempercayai informasi yang mudah dicerna. Berdasarkan pemindaian aktivitas otak, pada saat kita berhasil memahami fakta atau peryataan tertentu, otak akan melepaskan hormon dopamin. Hormon ini bertanggung jawab untuk menimbulkan perasaan nyaman, bahagia, dan membuat kita merasa positif.

Sebaliknya, ketika menerima informasi yang rumit dan butuh analisis mendalam, bagian otak yang mengatur rasa sakit dan muak jadi lebih aktif. Melihat proses berpikir otak manusia yang cenderung menyukai hal yang lebih mudah dipahami, banyak hoax yang dibuat sesuai dengan mekanisme ini, yakni menyajikan informasi yang mudah dipahami serta menarik. Akibatnya, jika didukung dengan kemampuan literasi masyarakat yang masih kurang atau lebih suka menerima informasi tanpa mencari konfirmasi atau kritis mencari tahu fakta yang lebih jelas, berita palsu langsung dianggap benar.

Baca Juga:

Ilustrasi menyebarkan hoax. shutterstock.com

Selain dari proses berpikir, sifat percaya pada informasi yang belum jelas sebenarnya dulu berperan penting untuk meningkatkan keselamatan hidup manusia. Salah satu contohnya ketika nenek moyang melihat sesuatu yang tampak mengancam padahal belum tentu benar. Mereka yang mudah percaya akan cenderung lebih cepat mengambil langkah penyelamatan diri meski belum mengonfirmasi kebenaran adanya bahaya, sehingga lebih banyak yang selamat.

Artikel lain:
Terungkap Alasan Seseorang Lebih Percaya Berita Hoax

Sebaliknya, manusia yang tidak mudah percaya akan mencari kebenaran informasi terlebih dulu dan ketika ancaman itu benar maka mereka sudah terlambat untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, kemungkinan selamat juga semakin kecil.

Secara evolusioner, jumlah manusia dengan sifat mudah percaya lebih banyak yang bertahan hidup dan meneruskan sifatnya pada keturunannya. Dengan demikian, jumlah populasi manusia dengan sifat ingin tahu yang tinggi jadi lebih sedikit. Oleh karena itu, tidak heran jika saat ini banyak orang yang mudah percaya meskipun berita tersebut mengandung kebohongan.

TEEN

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."