Cara Membedakan Keputihan dan Cairan Vagina

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi Miss V

Ilustrasi Miss V

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta – Cairan vagina selalu diproduksi secara berkala untuk menjaga kelembapan di area kewanitaan. Beberapa di antara kita kerap menyamaratakan cairan vagina dengan menyebutnya sebagai keputihan. Padahal.  cara membedakan keputihan dan cairan vagina dapat dilihat kasat mata. 

Baca juga: Keputihan Berkepanjangan, Awas kanker Serviks

Ginekolog estetika Dinda Derdameisya, mengatakan vagina mempunyai produksi cairan yang normal." Wajar perempuan memiliki cairan vagina dalam sehari-hari, tidak selalu dari hasil berhubungan seksual. Batasan normalnya tidak sampai membasahi setengah celana dalam, ya. Orang awam sering salah kaprah bilang saya keputihan ketika melihat cairan bening itu. Kalau cairan itu tidak berbau, tidak gatal, dan tidak berwarna itu bukan keputihan namanya,” ujar Dinda, saat ditemui di Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Produksi cairan vagina bisa meningkat dipengaruhi faktor hormon pada ibu hamil misalnya, ataupun aktivitas olahraga yang tinggi. Namun menurut dr. Dinda, cairan vagina yang terus bertambah dalam waktu tiga hari patut dicurigai. Bahkan, bila cairan vagina hingga membasahi celana dalam, itu pertanda segera berkonsultasi kepada dokter.

Ada beberapa kemungkinan masalah kesehatan, di antaranya cikal bakal keputihan ataupun gejala awal kanker serviks yang kerap diabaikan. Sebab jenis kanker itu di beberapa kasus kanker serviks diawali dengan produksi cairan vagina yang berlebihan.  

“Mencegah datangnya keputihan memang bisa melalui penggunaan sabun kewanitaan. Tapi kalau sudah mengalami keputihan tidak bisa diobati dengan sabun-sabun yang dijual bebas di pasaran. Kalau infeksi, apalagi bakteri parasit itu harus ditangani oleh obat dokter. Kita harus telaah dari segala aspek agar tidak ada penyakit yang bersembunyi di balik keputihan itu,” jelas dr. Dinda.

Menurut dr. Dinda, ciri keputihan itu bisa berwarna hijau atau kuning, bertekstur kental serta berbau. Di sekitar area kewanitaan juga diikuti rasa gatal yang berlebihan. “Keputihan itu harus diterapi dengan dokter. Jamur itu bisa membelah dan pergi ke organ-organ yang dekat dengan vagina, seperti saluran kemih dan bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Perempuan yang mengalami keputihan tidak perlu malu ke dokter dibandingkan risikonya menyebar ke organ lain. Bila diobati sendiri dari saran pengalaman orang lain yang belum tentu sama kondisi kesehatannya akan berefek lain,” tandas dr. Dinda.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."