Berantas 3 Mitos yang Membuat Perempuan Enggan Vaksin HPV

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Deteksi Dini Kanker Serviks

Deteksi Dini Kanker Serviks

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang bisa dicegah dengan pemberian vaksin HPV. Untuk anak usia 9-13 tahun, vaksinasi cukup dua kali dengan interval 0-6 bulan. Untuk usia 14 tahun ke atas, dilakukan dalam 3 dosis, dengan interval 0-2-6 bulan.

Hingga kini, cakupan vaksinasi HPV di Indonesia baru mencapai 1,1 persen. Rendahnya angka tersebut banyak dipengaruhi beragam faktor, antara lain anggapan harga vaksin yang relatif mahal.

“Sebenarnya bila kita melihat secara utuh, vaksin ini adalah investasi seumur hidup. Biaya pengobatan kanker sangat mahal. Berdasarkan pengalaman saya di YKI, orang yang bekerja di bidang asuransi sekalipun ketika terkena kanker bisa melampaui limit pengobatannya, hingga harta benda ikut tak tersisa untuk berobat,” kata dr. Venita, Ms.C, Kepala Bidang Pelayanan Sosial YKI (Yayasan Kanker Indonesia) Provinsi DKI Jakarta.

Artikel lain:
Bingung soal Vaksin HPV untuk Kanker Serviks, Cek Penjelasannya

Diungkapkan pula oleh Venita ada mitos-mitos yang ikut membuat para perempuan Indonesia enggan untuk vaksinasi HPV.

“Banyak saya ditemui di lapangan saat memberikan edukasi pencegahan kanker serviks, para perempuan menganggap vaksin HPV itu menandakan bukan perempuan baik-baik. Padahal, setiap perempuan itu berisiko kanker serviks. Sebab, setiap perempuan memiliki serviks atau leher rahim. Jadi, perspektif itu yang terus-menerus kami ubah dan edukasi,” lanjut Venita.

Kemudian, ada anggapan setelah vaksin HPV nanti bisa muncul gangguan kesehatan yang lain.

“Vaksin ini aman sekali, isinya bukan virus, tapi kulit sintetis virus, bukan kulit aslinya. Sintetis kulit ini dijadikan antigen. Karena tidak mengandung virus tidak akan menyebabkan panas setelah vaksinasi HPV,” tutur Venita.

Terakhir adalah terkait program kehamilan dan takut tertunda vaksinasi ketika hamil.

“Jika sebelum hamil pernah divaksin lalu hamil, bisa melanjutkan dua vaksin seterusnya setelah melahirkan. Tidak perlu diulang. Menurut penelitian lebih baik terlambat daripada terlalu ini sebab tubuh butuh waktu membentuk antibodi. Bila masih program hamil, lebih baik divaksin untuk pencegahan lebih awal. Tidak perlu menunggu setelah hamil, sebab belum ada laporan divaksin kemudian hamil, nanti anaknya kenapa-kenapa,” tandas Venita.

Baca juga:

Prilly Latuconsina: Ladies, Pilih Vaksin HPV Ketimbang Hura-hura

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."