Stimulasi Anak di 1000 Hari Pertama: Mimik Ibu Jangan Lempeng

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi bayi mandi. aneilagoatsmilk.com

Ilustrasi bayi mandi. aneilagoatsmilk.com

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Masa 1000 hari pertama kehidupan anak sudah dimulai sejak 270 hari masa kehamilan dan 730 hari setelah dilahirkan atau berusia 2 tahun. Di masa inilah otak anak berkembang pesat. Selain kebutuhan gizi yang sesuai perkembangan usianya, anak juga membutuhkan stimulasi yang tepat.

Baca juga: Stimulasi Kemampuan Bayi Berpikir Melalui Inderanya

Menurut psikolog anak dan keluarga, Rose Mini Agoes Salim, pertumbuhan anak di 1000 hari kehidupan mereka tidak terlepas dari kondisi psikologi ibu saat mengandung hingga melahirkan. Sangat wajar bila para ibu, terutama yang baru pertama hamil mengalami kecemasan. Rasa tersebut bisa diatasi, bila diurai dan didiskusikan bersama suami sebagai support system terbesar di masa tersebut.

Stimulasi saat 270 hari pertama bisa dilakukan lewat suara, sentuhan atau tekanan lembut. Meski masih berada di dalam kandungan, bayi sudah bisa merasakan bila ibunya sedih.

Sebab itu, ayah berperan besar untuk menciptakan momen-momen bahagia. "Pastinya, ayah yang paling mengenal hal ataupun kegiatan yang disukai dan dibenci ibu. Perbanyaklah kegiatan bersama versi pasangan masing-masing, tidak perlu risau dengan kegiatan babymoon ala orang lain,” kata Rose Mini dalam Talkshow Perawatan Esensial di Momen Emas Kehidupan Sang Buah Hati di Jakarta, Selasa 29 Januari 2019.

Sementara stimulasi bayi lahir hingga anak berusia 2 tahun bisa dilakukan melalui aktivitas bermain maupun keseharian. “Contohnya, saat memandikan anak, mimik wajah ibu jangan lempeng saja. Ajak anak berbicara meskipun dia belum mengerti. Dia akan memperhatikan ekspresi dan gerak kita. Di usia ini, bayi menerima informasi lewat panca indranya,” tutur Rose Mini.

Stimulasi perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, fisik, dan sosial emosi. Lebih lanjut, Rose Mini menjelaskan berikan kesempatan anak mengeksplorasi lingkungan sekitar tanpa banyak larangan menakut-nakuti kotor atau jatuh. “Yang terpenting, orang tua tetap menjaga keamanan anak. Biarkan dia mengenal rumput, tanah, air untuk mempelajari tekstur benda. Ayah dan ibu juga harus terlibat di dalam kegiatan tersebut sebagai stimulasi sosial emosi,” ucapnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."