WET Indonesia Kenalkan Akuarobik kepada Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Instruktur akuarobik Dotty Widowati  sedang melatih murid di WET Indonesia, Jakarta. (foto:istimewa)

Instruktur akuarobik Dotty Widowati sedang melatih murid di WET Indonesia, Jakarta. (foto:istimewa)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Berenang terkadang menjadi sebuah tantangan bagi anak. Takut tenggelam, kaki yang tidak menapak ke lantai, dan tak ada pegangan membuat anak urung bermain air di kolam renang. Padahal, menurut psikolog anak dan pendidikan Tari Sandjojo, air adalah sebuah media yang sesungguhnya tak asing bagi anak.

"Air adalah media pertama anak di dalam rahim sehingga menjadi media belajar yang ramah anak," kata Tari Sandjojo dalam keterangan tertulis, Sabtu 10 November 2018. Namun karena satu dan lain hal, Tari melanjutkan, media air terutama di kolam renang menjadi situasi belajar yang menantang. "Jika anak mampu mengatasi kecemasan belajar di air, maka dia akan bisa mengatasi situasi kesulitan di kemudian hari."

Water Exercise Training (WET) Indonesia, klub aerobik air atau akuarobik yang berbasis di Jakarta, menangkap ada kecemasan anak ketika bermain air. Berangkat dari situ, pendiri WET Indonesia, Damiana Dotty Widowati mengatakan anak atau keluarga adalah basis utama dalam membangun kesehatan masyarakat dan bisa diawali melalui media air. "Media air membawa sinergi tiga kekuatan sekaligus, yakni fisik, mental, dan energi," ujar wanita 55 tahun ini.

Damiana Dotty yang meraih Fitness Best Roar Asia Award 2018 ini menjelaskan, WET Indonesia memilih merayakan World Aquathon Day 2018 yang diperingati setiap 10 November dengan menyiapkan silabus akuarobik Indonesia dengan penekanan utama dari hulu hidup manusia: bayi dan anak-anak. "Kami ingin lebih aktif mempromosikan pendekatan kuratif -ketimbang preventif, sejak usia dini melalui media air," kata Dotty.

Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi

Dalam dua tahun terakhir, WET Indonesia mengembangkan pendekatan baru pelatihan aerobik anak-anak dan balita melalui media air. "Setiap bayi dan anak harus turut membuat keputusan ketika latihan, bukan sekadar menuruti kehendak orang tua atau pelatih," kata Dotty.

Caranya, di kolam renang, mereka diundang bersentuhan menikmati air, bermain sebelum secara bertahap masuk ke kolam renang. "Ini fundamen yang akan menentukan perjalanan seorang anak di air serta membangun hubungannya dengan seluruh kegiatan latihan," ujarnya.

Dengan membebaskan bayi dan anak bermain di air, membuat keputusan ketika latihan, dan tidak sekadar menuruti kehendak orang tua atau pelatih, menurut Tari, bagus untuk mengembangkan keterampilan regulasi diri. Keterampilan ini membuat anak mampu mendengarkan kebutuhan diri atau tubuhnya kemudian melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "Ini penting di tengah pola asuh orang tua yang cenderung penuh kontrol," ujar Tari.

Baca juga:
Renang Olahraga Sehat, Ini Saran Pelatih buat yang Ingin Belajar

Praktisi kebugaran, Nano Oerip mengatakan perkembangan otak melalui gerak motorik serta emosi bisa terbangun bersama dalam media air. Aktivitas ini bermanfaat mengingat anak sekarang memiliki kecenderungan pola bermain yang didominasi teknologi atau gadget sehingga perkembangan otak dan otot melambat dan tubuh lebih rentan terhadap risiko penyakit.

Dotty menambahkan, peserta usia dini di kolam WET Indonesia menunjukkan kenaikan signifikan dalam setahun terakhir. "Kami mulai mungkin dengan 10 sampai 15 anak pada 2017, dan kini sudah hampir 200 bayi dan anak hadir di kolam WET Indonesia," kata Dotty.

Pendiri World Aquathon, Rose Hartzenberg mengapresiasi WET Indonesia karena berhasil membuat terobosan dengan menghadirkan generasi termuda di dunia akuarobik. "Saya mengikuti aktivitas WET Indonesia dan mengamati postingan foto-foto latihan anak-anak bersama orang tua mereka di kolam renang," ucap dia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."