Kebiasaan Duduk Anak yang Berisiko Bikin Kaki Berbentuk X

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi anak sulung dan bungsu by boldsky

Ilustrasi anak sulung dan bungsu by boldsky

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tumbuh kembang anak bukan hanya perkara apakah anak sudah bisa berdiri, berjalan, bicara, dan lainnya. Ada berbaagi kebiasaan anak yang harus diperhatikan, salah satunya adalah cara duduk.

Baca juga:
Bayi Rewel tapi Sehat, Bisa Jadi Itu Growth Spurt
Sebab Anak Kate Middleton, Putri Charlotte Selalu Pakai Dress

Dokter spesialis bedah ortopedi dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya, Faisal Miraj mengingatkan orang tua jangan sampai lengah dengan kebiasaan duduk anak yang tampaknya lazim ternyata tidak baik untuk pertumbuhan. Salah satu posisi duduk yang berisiko adalah ketika anak duduk dengan posisi kaki membentuk huruf W atau genu valgum.

Dokter Daisal Miraj menjelaskan kebiasaan duduk dengan posisi kaki membentuk huruf W berisiko membentuk kaki menjadi seperti huruf X saat berdiri. "Karena pada posisi duduk W, urat-urat akan tertarik ke dalam," kata Faisal di acara diskusi Kelainan Tulang dan Sendi pada Anak di Jakarta, Selasa 7 Agustus 2018.

Meski masuk dalam kelainan ortopedi, pola kaki seperti ini pada dasarnya bukan sesuatu yang terlalu dikhawatirkan. Musababnya, kondisi ini masih terbilang normal dan dapat sembuh dengan sendirinya. Faisal Miraj menjelaskan ada anak yang memiliki bentuk kaki O atau genu varum dan seiring pertumbuhannya, posisi kaki tersebut bisa menjadi normal.

"Ini adalah siklus normal yang disebabkan posisi janin ketika di dalam rahim. Pada usia 2 sampai 3 tahun, bentuk kaki anak akan kembali normal," kata dia. "Lalu, menjadi lebih X di usia 6 sampai 7 tahun karena aktivitas yang intens. Bentuk ini akan kembali lagi menjadi normal pada tahun berikutnya."

Variasi normal ini disebabkan oleh kelenturan atau laxity dari urat-urat sekitar sendi. Kelenturan urat-urat pada masa anak-anak dapat menyebabkan sendi anak balita mudah dibentuk. Namun, dia berharap orang tua bisa mengidentifikasi apakah hal ini merupakan kelainan sungguhan atau hanya variasi normal.

Langkah sederhana yang bisa dilakukan orang tua dalam proses identifikasi itu antara lain memastikan pemenuhan gizi seimbang pada anak, memperhatikan siklus tumbuh kembangnya, dan mengamati kebiasaan anak semisal cara duduk, berdiri, dan berjalan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."