Anya Geraldine Umbar Kemesraan, Simak Penjelasan Psikolog

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Anya Geraldine. instagram.com

Anya Geraldine. instagram.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anya Geraldine kembali menjadi sorotan karena lagi-lagi mengumbar kemesraan di akun Instagramnya. Selebgram bernama asli Nur Amalia Hayati ini pernah mendapat teguran dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia atau KPAI karena mengunggah video mesra pada Oktober 2016.

Di akun Instagramnya, terlihat Anya Geraldine berfoto bersama Juan Bione Subiantoro saat mereka berlibur ke Gorontalo. "Two damaged soul trying to heal each other is love. i'm here, will always be here," tulis Anya, Selasa 25 Mei 2018. Belum lama ini, perempuan 23 tahun itu juga mengunggah foto yang bikin heboh karena ada tanda merah di lehernya. Spekulasi pun bermunculan.

Sejatinya bukan hanya Anya Geraldine. Beberapa selebriti seperti Natasha Wilona juga pernah menunjukkan gaya berpacaran yang mesra. Namun respons negatif dari masyarakat tidak membuat mereka mengubah perilakunya.

Anya Geraldine. instagram.com

Psikolog klinis Kasandra Putranto menjelaskan fenomena tersebut dapat terjadi karena kapasitas remaja untuk berpikir belum sempurna. Remaja tidak mahir dalam mengendalikan dorongan untuk melakukan sesuatu dan masih ada masalah dalam pengambilan keputusan untuk bertindak. "Dengan begitu, mereka hanya akan menangkap dan mengembangkan persepsi sesuai dengan keinginannya," kata Kasandra Putranto.

Remaja saat ini umumnya mengalami fase pubertas lebih cepat. Fase pubertas tersebut menyebabkan mereka memproduksi hormon seksual di usia dini, sementara nilai dan norma sosial yang mereka miliki belum cukup untuk menangkal perilaku bermesraan dengan pasangan. Di samping itu, teknologi informasi memberikan akses untuk mempropagandakan gaya hidup mereka yang akan cepat ditangkap oleh masyarakat remaja lain, sehingga dianggap sebagai contoh atau trendsetter.

Para remaja akan berlomba-lomba mengejar ketenaran dan penghasilan dengan memanfaatkan jumlah followers-nya. "Yang jelas, remaja dengan perilaku buruk tidak mendapat respon yang seharusnya dari masyarakat, karena ketika mereka melakukan sesuatu yang dianggap salah, justru mendapatkan reward berupa pengakuan," ucap Kasandra.

Sebenarnya masih banyak remaja lain yang dapat menjadi panutan dengan memberikan contoh positif. Sayangnya, mereka jarang mempublikasikan rutinitasnya ke publik. Tentunya hal tersebut akan membuat kehidupan remaja dengan pengaruh negatif lebih terekspos.

Kasandra Putranto dalam bukunya Pendekatan Cognitive Behaviour dan Behavior Activation dalam Intervensi Klinis menjelaskan fenomena ini dapat dicegah dengan peran kelurga yang dilakukan melalui pola asuh A to G atau A2G. Caranya, dengan mengubah cara berpikir (change the way you think), dan mengubah cara berperilaku (change the way you do) untuk mendukung terbentuknya resiliensi sosial kuat pada anak agar memiliki pekerti dan prestasi.

Prinsip utama mengubah cara berpikir adalah dengan ADD A RAY. Sedangkan prinsip utama mengubah cara bertindak adalah dengan ABCDEFG (A = Attitude Achievement; B = Big Brain; C = Care and Love; D = Dance and Exercise; E = Eat Healthy Food and Drinks; F = Fun Edutaiment; G = Good Quality of Sleep)

Dengan menerapkan ketujuh aspek tersebut dalam proses tumbuh kembang anak, Kasandra Putranto mengatakan, akan tercapai kualitas mental yang tangguh. Upaya tersebut dapat melindungi diri dari potensi risiko akibat transformasi dunia. Harapannya, para remaja dengan pola asuh tersebut mampu bersaing untuk mencapai produktivitas dan kreativitas tinggi, sekaligus prestasi maksimal di masa depan, baik akademis maupun non-akademis.

CANDRIKA RADITA PUTRI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."