Putri Ayudya Salah Cara Diet, Lemak Jadi Otot

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Artis Putri Ayudya. TEMPO/Nurdiansah

Artis Putri Ayudya. TEMPO/Nurdiansah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Putri Ayudya harus menaikkan berat badannya sampai 10 kilogram ketika bermain dalam film Kenapa Harus Bule?. Sebab di film tersebut, Putri yang berperan sebagai Pipin harus terlihat lebih sintal. Sutradara Andri Cung memberi waktu empat bulan supaya bobot Putri menjadi 66 kilogram.

Untuk menambah berat badannya, Putri Ayudya berhenti diet nasi dan daging merah. Dia juga mengurangi olahraga. Sebagai gantinya, ia lebih sering makan makanan berat dan banyak ngemil, terutama gorengan. "Langsung naik lima kilogram," ujar Putri Ayudya.

Namun setelah itu, berat badannya stagnan meski porsi makannya tetap banyak. Perempuan 29 tahun ini kemudian mencoba strategi baru. Dia menurunkan berat badannya sedikit, lalu kembali makan banyak. "Karena lambungnya butuh adaptasi, setelah itu berat badan naik lagi," ucap Puteri Inteligensia Indonesia 2011 ini.

Pemain film, Putri Ayudya (kanan) dan Produser Nia Dinata, di sela-sela pemotretan saat media visit pemain film "Kenapa Harus Bule?" di kantor redaksi koran Tempo, Palmerah, Jakarta, 12 Maret 2018. Putri Ayudya berperan sebagai Pipin. TEMPO/Nita Dian

Setelah film "Kenapa Harus Bule?" rampung, Putri Ayudya mesti kembali ke berat badan semula, sekitar 56 kilogram. Sebab, pekerjaan bermain di tiga film berikutnya, yakni Petualangan Menangkap Petir, Boundless Love, dan Down Swan, menuntut penampilannya seperti sedia kala.

Putri Ayudya kembali diet dan rajin olahraga. Hanya saja, setelah lebih dari tujuh bulan berjuang, bobot tubuhnya belum kembali ke angka semula. Belakangan, Putri Ayudya sadar kalau caranya menurunkan berat badan keliru. "Semestinya menurunkan berat badan dulu, baru olahraga, sehingga lemaknya enggak jadi otot,” katanya. Setahun setelah Putri menjadi Pipin, berat badannya masih kelebihan 2 kilogram.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."