Sandra Dewi Melahirkan Disaksikan Banyak Orang, Perlu Didampingi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Sandra Dewi berfoto bersama suami, Harvey Moeis. Instagram

Sandra Dewi berfoto bersama suami, Harvey Moeis. Instagram

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Sandra Dewi melahirkan anak pertamanya pada Minggu, 31 Desember 2017. Anak laki-laki bernama Raphael Moeis itu lahir pukul 09.30 melalui proses persalinan normal.

Baca juga:
Sandra Dewi Lahirkan Bayi Ganteng, Namanya Raphael Moeis

Adik Sandra Dewi, Kartika Dewi mengatakan banyak yang menyaksikan proses persalinan itu. "Yang menyaksikan ada suami, mamanya, adiknya, dan asistennya," kata adik Sandra Dewi, Kartika Dewi, Senin 1 Januari 2018. Menurut Kartika, bayi Raphael sangat manja karena tak mau lepas dari ibunya.

Anak Sandra Dewi dan Harvey Moeis, Raphael Moeis. Instagram

Mengutip laman Pregnancy, pendampingan sangat dibutuhkan oleh ibu melahirkan. Mereka yang mendampingi ibu bersalin dapat memberikan semangat dan kekuatan. Mereka yang mendampingi ibu melahirkan juga mesti kuat secara mental karena ibu tak akan peduli lagi dengan kondisi di sekitarnya, misalnya darah yang keluar atau menjerit karena menahan sakit.

Berbagai penelitian menunjukkan perempuan yang mendapat dukungan dan perawatan selama persalinan biasanya tidak memerlukan bantuan untuk mengurangi rasa sakit atau menjalani intervensi saat melahirkan, semisal bedah caesar, forsep, atau vakum. Ibu yang didampingi saat bersalin juga cenderung puas dengan pengalamannya ketika melahirkan.

Jika suami, ibu, atau saudara perempuan dari ibu yang akan melahirkan tak sanggup melihat proses itu secara langsung, ibu bisa memilih mereka yang cocok di hati dan wajib punya keberanian. Sebab, jika pendamping ibu melahirkan tak sanggup atau tidak tega melihat dan mendengar rintihan, bisa jadi dia akan langsung menyarankan dokter untuk melakukan tindakan bedah atau meminta agar diberikan obat pereda sakit. Jika terjadi, itu tentu tidak membantu proses kelahiran, tapi memperburuk situasinya.

Lagi pula, selama proses persalinan, ibu akan merasakan efek yang negatif, misalnya sakit di sekujur badan, terutama daerah perut dan kemaluan, sehingga menghambat produksi hormon oksitosin atau hormon yang merangsang kontraksi yang kuat pada dinding rahim atau uterus untuk mempermudah proses kelahiran. Bila produksi hormon ini terganggu, proses persalinan akan melambat.

Hampir semua perempuan menginginkan pasangannya menemani saat proses persalinan. Sayangnya, tidak semua pasangan atau suami selalu ingin hadir dalam proses kelahiran anaknya. Jika mereka sadar bahwa dia tak sanggup menemani karena berbagai alasan, sebaiknya jangan dipaksakan. Sebab, trauma akibat melihat langsung proses persalinan akan mengacaukan situasi dan mengganggu kondisi kejiwaannya.

Jika tak ada orang dekat yang dapat mendampingi saat melahirkan, ibu dapat mempertimbangkan kehadiran doula. Doula adalah seseorang yang sudah terlatih dalam proses persalinan dan memberikan dukungan kepada ibu sebelum, selama, dan setelah melahirkan. Doula mampu memberikan pijatan dan kenyamanan lain selama persalinan. Namun doula bukan bidan atau paramedis, sehingga tidak bisa memberi saran klinis atau melakukan pemeriksaan apa pun.

NIA PRATIWI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."