Hasil Riset: Makan Kacang Turunkan Risiko Penyakit Jantung

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi kacang-kacangan. Pixabay.com

Ilustrasi kacang-kacangan. Pixabay.com

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian yang dilansir di jurnal American College of Cardiology menunjukkan orang yang rutin memakan berbagai macam kacang, seperti walnut, kacang tanah, dan kacang pohon, dapat menghambat kemungkinan terjadinya penyakit jantung dibanding orang yang jarang makan kacang.

Penelitian ini melibatkan 210 ribu pekerja kesehatan. Data 20 tahun berikutnya menunjukkan sebanyak 14.136 orang mengalami penyakit kardiovaskuler, sedangkan 8.390 orang juga mengalami penyakit jantung koroner atau penyempitan arteri, serta 5.910 orang mengalami stroke.

Adapun responden yang memiliki kebiasaan makan satu porsi 28 gram kacang-kacangan dalam lima hari sepekan, sekitar 14 persen terhindar dari penyakit kardiovaskuler dan 20 persen terhindar dari penyakit jantung koroner. (Baca juga: Sebab Risiko Sakit Jantung Meningkat Setelah Menopause)

“Mengonsumsi berbagai macam kacang akan bermanfaat untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler. Namun makan kacang jangan terlalu berlebihan. Selain itu, hindari kacang asin,” kata peneliti Harvard T.H Chan School, Shilpa Bhupathiraju, seperti dikutip dari Reuters.

Menurut dia, kalori kacang sangat tinggi, jadi harus dimakan dalam porsi kecil dan digunakan untuk mengganti protein lain, bukan untuk menjadi menu tambahan, apalagi jika Anda sedang diet. (Baca juga: Dengarkan Denyut Nadimu untuk Deteksi Stroke Sejak Dini)

Banyak penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan bahwa khasiat kacang terbukti dapat menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Untuk itu, memakan kacang-kacangan bisa menjadi alternatif cara untuk menghindari kedua penyakit tidak menular tersebut.

BISNIS

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."