Pertanyaan Ini Menunjukkan Apakah Kamu Terjerat Cinta yang Absive

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi suami marah/pasangan bertengkar. Shutterstock

Ilustrasi suami marah/pasangan bertengkar. Shutterstock

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Kekerasan pada hubungan cinta bisa terjadi pada siapa saja. Yang terbaru adalah kasus pembunuhan dokter Letty oleh suaminya dan 'peringatan' dari film Posesif yang berpesan tentang bahaya menjalin kasih dengan orang yang suka kekerasan.

Baca juga:
4 Cara Menggaet Cinta Pria Idaman
Jatuh Cinta Berjuta Manfaatnya, Ini 6 di Antaranya

Berharap Cinta dari Pasangan yang Setia, Begini Tandanya

Jika sudah terjebak pada cinta, bisa jadi kamu tak sadar jika pasangan sedang melakukan tindak kekerasan kepadamu. Lantas bagaimana cara memastikan apakah kamu berlibat dalam hubungan yang abusive?

Psikolog keluarga dari Pulih@thePeak, Livia Iskandar menyarankan, bertanya dan jujurlah kepada diri sendiri untuk mendapat jawabannya. "Cobalah bertanya kepada diri sendiri, apakah Anda merasa takut dengan pasangan?," kata Livia. "Sebab, rasa takut kepada pasangan umumnya menjurus pada hubungan tidak sehat."

Setelah menjawab pertanyaan tadi, Livia mengatakan, lanjutkan dengan pertanyaan, bagaimana Anda dan pasangan menyelesaikan argumen? Kedua pertanyaan itu, menurut Livia, dapat memberikan sedikit gambaran tentang hubungan yang dijalani.

Jawaban dari setiap pertanyaan tadi diperlukan karena sering kali korban kekerasan tidak sadar hak-haknya telah dilanggar. “Sering tidak menyadari kalau diri kita direndahkan, diremehkan, tidak dipedulikan hingga makin lama kita semakin tidak percaya diri dan susah bangkit dari itu,” ucapnya.

Livia menjelaskan, tindakan abusive tidak terbatas pada kekerasan fisik, seksual, dan psikologis semata, namun mencakup kekerasan ekonomi. “Hubungan abusive itu menggunakan power and control sebagai basisnya. Pasangan ingin superior dibanding yang lain dan bisa mengendalikannya," ujarnya.

Tak jarang sifat posesif dianggap tanda sayang kepada pasangan. Padahal menurut Livia, sifat posesif justru salah satu pertanda hubungan menuju ke arah yang tidak sehat. “Posesif yang ingin menguasai dan mengendalikan pasangan itu tidak boleh. Namun kalau dalam batasan yang dianggap nyaman oleh pasangan, tidak masalah,” katanya.

Ilustrasi pasangan bertengkar. shutterstock.com

Jika terjadi hubungan abusive, jalur hukum bisa ditempuh dengan melapor ke polisi. Jangan lupa memikirkan rencana penyelamatan terutama jika sudah punya anak. Salah satu langkah penyelamatan adalah mempersiapkan diri secara finansial demi menghidupi diri sendiri dan anak selama proses perpisahan dan setelahnya. Meski begitu, Livia menambahkan, perpisahan bukan satu-satunya jalan keluar.

Apabila pasangan yang berbuat kekerasan mau berubah dan pasangannya memberikan kesempatan, maka mereka bisa menjalani konseling. Menurut Livia banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga tidak ingin bercerai tapi berharap pasangannya berubah. “Jadi perceraian bukan satu-satunya solusi, banyak hal yang harus dipertimbangkan," ucapnya.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."