Busana Wastra Nusantara Karya Dian Natalia Assamady Melenggang di Italia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (tengah kiri) mendukung peragaan busana

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (tengah kiri) mendukung peragaan busana "wastra" nusantara bertajuk "Keindahan Karya Kain Tenun dan Batikku Indonesia" karya Dian Natalia Assamady di San Polo, Italia dalam rangka 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Italia, Senin (27/5/2024). Foto: ANTARA/Kemenparekraf

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pesona wastra Nusantara kian mendunia salah satunya lewat peragaan busana atau fashion show satu ini. Peragaan busana bertajuk "Keindahan Karya Kain Tenun dan Batikku Indonesia" karya Dian Natalia Assamady di alun-alun kota San Polo, Italia, Minggu malam, 27 Mei 2024. Peragaan busana wastra Nusantara itu dihelat dalam rangka 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Italia.

Selepas itu, wastra terbaik nusantara kembali diperagakan pada 6 hingga 8 Juni juga di San Polo, Italia.

“Gelaran ini penting untuk memperkuat identitas bangsa kita, memperkenalkan wastra Nusantara yaitu batik, tenun, dan songket agar semakin mendunia. Dan tentunya kami sangat bangga,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam siaran pers di Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.

Pagelaran tersebut merupakan undangan dari Wali Kota San Polo Italia.

Selain Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma, model dan Putri Indonesia seperti Giok Kinski Maharani Detri, Latisa Maura, dan Yoan Clara turut mendukung desainer Dian Natalia menampilkan wastra terbaik Nusantara.

Pemerintah Republik Indonesia menyadari kebudayaan yang unik mempunyai potensi untuk mendunia. Belajar dari ekonomi kreatif Korea Selatan yang berkembang sangat pesat mulai dari film, musik, kuliner, hingga fashion.

Pagelaran itu diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ekonomi kreatif dan meningkatkan gairah wastra Nusantara yang mempunyai nilai seni yang tinggi dan kaya filosofi.

“Mari kita mencintai dan merawat kekayaan budaya Indonesia. Dan menjadi pelaku aktif dalam mengembangkan warisan seni dan kerajinan dalam negeri,” kata Sandiaga.

Kata Sang Desainer

Desainer Kain dan Batikku Indonesia, Dian Natalia Assamady menyampaikan bahwa keindahan wastra Indonesia ini perlu diangkat ke kancah dunia. Apalagi motif batik dan tenun yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.

“Sehingga ini layak untuk kita perjuangkan demi memperkuat jati diri bangsa. Saya juga ingin menguatkan ekonomi kreatif tanah air dan menunjukkan betapa bernilainya batik dan tenun yang negeri kita miliki. Semoga ini bisa membawa nama Indonesia lebih dikenal di kancah global,” kata Dian.

Hubungan Diplomatik Indonesia dan Italia

Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri, hubungan diplomatik Indonesia dan Italia dimulai dengan pengakuan Italia terhadap kemerdekaan Indonesia pada tanggal 29 Desember 1949. Pada bulan Oktober 1951, Italia membuka perwakilan diplomatik di Jakarta.

Indonesia kemudian membuka perwakilan diplomatik di Roma pada Maret 1952. Pada 1953, kedua negara kemudian menyepakati untuk meningkatkan kerja sama perwakilan menjadi ke tingkat kedutaan besar, baik di Roma maupun Jakarta.

Di perayaan 70 tahun hubungan bilateral RI – Italia pada 2019, kedutaan besar di Roma dan Jakarta menyepakati peningkatan hubungan bilateral dapat difokuskan pada promosi kerja sama industri kreatif dan usaha kecil dan menengah (small and medium enterprises/SMEs).

Sejak itu, masing-masing kedutaan besar kemudian menggelar kegiatan yang menggambarkan potensi perekonomian kreatif dan digital serta sektor pariwisata di masing-masing negara.

Pilihan Editor: Kain Batik Sogan jadi Wastra Nusantara Favorit Alexandra Askandar, Ini Alasannya

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."