7 Penyebab Berat Badan Turun Drastis Tanpa Sebab

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi berat badan. Shutterstock

Ilustrasi berat badan. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah Anda mengalami berat badan turun drastis saat tidak diet? Bila iya, awalnya mungkin perubahan itu terasa menyenangkan. Tapi jika kondisi itu berkelanjutan, Anda patut mengecek kondisi tubuh ke dokter atau ahlinya. Mengapa? Berat badan turun tanpa sebab bisa menjadi indikasi sejumlah masalah kesehatan yang perlu ditangani seperti berikut ini.

1. Diabetes

Diabetes, khususnya tipe 1, diam-diam bisa menurunkan berat badan meski nafsu makan meningkat. Dalam kondisi ini, tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau menjadi resisten terhadap efeknya. Akibatnya, mulai memecah jaringan lemak dan otot untuk dijadikan energi, yang menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan seiring berjalannya waktu.

Meski lebih sering merasa lapar, tubuh kesulitan memanfaatkan energi dari makanan dengan baik sehingga menyebabkan penurunan berat badan secara bertahap.

2. Hipertiroidisme

Kelenjar tiroid yang terlalu aktif, yang dikenal sebagai hipertiroidisme, bertindak seperti tungku internal, meningkatkan metabolisme Anda ke tingkat yang tidak berkelanjutan. Akibatnya, tubuh Anda membakar kalori dengan lebih cepat, bahkan saat Anda tidak melakukan aktivitas fisik. Selain penurunan berat badan, penderita hipertiroidisme mungkin mengalami gejala seperti gelisah, keringat berlebih, dan detak jantung cepat, yang menandakan adanya ketidakseimbangan fungsi tiroid.

3. Gangguan neurologis

Gangguan neurologis seperti penyakit parkinson atau multiple sclerosis dapat mengganggu keseimbangan dalam tubuh, menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi normal tubuh, termasuk pengaturan nafsu makan dan menelan.

Selain itu, obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi gejala neurologis terkadang memiliki efek samping yang menekan nafsu makan atau mengubah metabolisme, sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap penurunan berat badan tanpa upaya sadar.

4. Artritis Reumatoid

Selain efeknya yang sudah diketahui pada persendian, artritis reumatoid juga dapat mengganggu nafsu makan, sehingga menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan seiring berjalannya waktu. Nyeri kronis, kelelahan, dan peradangan yang terkait dengan kondisi autoimun ini dapat mengurangi minat Anda terhadap makanan dan membuat pengalaman makan menjadi kurang menyenangkan.

5. Lupus

Lupus, penyakit autoimun lainnya, berpotensi merusak berbagai organ di seluruh tubuh, termasuk ginjal dan saluran pencernaan. Peradangan yang dipicu oleh lupus dapat mengganggu proses metabolisme normal, sehingga mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi secara efisien. Kerusakan pada saluran pencernaan dapat menimbulkan gejala seperti mual, muntah, dan diare.

6. Gangguan Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Bagi individu yang berjuang melawan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), bahkan tugas sederhana seperti bernapas dapat menjadi tantangan besar. Upaya yang diperlukan untuk menarik napas dapat membuat seseorang merasa lelah dan kurang nafsu makan. Seiring waktu, perjuangan untuk mempertahankan tingkat oksigen yang cukup dapat memengaruhi nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan yang tidak diinginkan karena tubuh mengalihkan sumber energi untuk tugas bernapas, bukan untuk pencernaan.

7. Kanker

Berat badan turun drastis yang tidak dapat dijelaskan sering kali menjadi tanda peringatan dini adanya kanker tertentu, termasuk kanker pankreas, paru-paru, atau perut. Tumor yang terkait dengan keganasan ini dapat "membajak" proses metabolisme tubuh, mengubah kadar hormon, dan menekan nafsu makan. Selain itu, gejala terkait kanker seperti mual, muntah, dan perubahan persepsi rasa.

Pilihan Editor: Mengulik Hari Obesitas Sedunia, Sejarah dan Pentingnya Menjaga Berat Badan

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."