Mengenal Christian Louboutin, Pendiri Merek Sepatu Mewah Bersol Merah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Desainer Christian Louboutin. Reuters

Desainer Christian Louboutin. Reuters

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Christian Louboutin lahir pada 7 Januari 1963 di Paris. Dia dikenal sebagai desainer alas kaki Perancis yang solnya berwarna merah mengkilap. Dia anak laki-laki  dari tiga saudara perempuan. Dia adalah putra dari Irene, seorang ibu rumah tangga, dan Roger, pembuat kabinet. Dari segi riwayat pendidikannya, Louboutin dikeluarkan dari sekolahnya lebih dari dua kali.

Sejak awal masa remajanya, Louboutin mulai membuat ilustrasi dan sketsa sepatu tanpa mengikuti pendidikan formal. Dia pertama kali mulai bekerja di Folies Bergères. Selama fase punk, dia tampil di beberapa film, seperti The Homoseksual Century, dan Race d'ep. Dia gemar berpesta dan satu klub dengan Andy Warhol dan Mick Jagger.

Satu-satunya pelatihan yang tepat adalah seni dekoratif dan menggambar dari Académie d'Art Roederer. Saat itu pada tahun 1976, Louboutin menegaskan bahwa dirinya mulai tertarik dengan sepatu, saat dia pergi ke Musée national des Arts d’Afrique et d’Océanie. Christian Louboutin ingin membuat sepatu yang dipakai wanita dan membuat wanita merasa berdaya dan percaya diri. Ini karena dia melihat di Afrika bahwa perempuan dilarang memakai stiletto runcing karena dapat merusak lantai kayu dan Louboutin ingin menantang pola pikir ini.

Di masa remajanya, dia melarikan diri ke Mesir, kemudian tinggal di India selama setahun dan akhirnya kembali ke Paris pada tahun 1981. Di sana, dia menyusun portofolio gambar sepatu hak tinggi yang detail. Ia menunjukkan karyanya kepada rumah mode ternama. Walhasil, dia dipekerjakan untuk bekerja dengan Charles Jourdan. Dia kemudian bertemu Roger Vivier dan mulai bekerja sebagai muridnya.

Louboutin mulai bekerja sebagai pekerja lepas, merancang sepatu wanita untuk Maud Frizon, Yves Saint Laurent, dan Chanel. Di akhir tahun 80-an, ia berhenti dari mode dan beralih menyumbangkan idenya ke Vogue, namun dia melewatkan pekerjaannya sebagai pembuat sepatu.

Oleh karena itu, pada tahun 1991 dia mendirikan perusahaannya sendiri. Klien pertamanya adalah Putri Caroline dari Monaco. Komentarnya di media membantu meningkatkan popularitas Christian Louboutin. Hasilnya, dia mendapatkan pelanggan seperti Catherine Deneuve dan Diane von Fürstenberg. Selain itu, tokoh yang tertarik untuk mendapatkan stiletto miliknya adalah Joan Collins, Madonna, Kim Kardashian, Gwyneth Paltrow, Jennifer Lopez, Nicki Minaj, dan Christina Aguilera. Selain itu, desain sepatunya juga dikenakan Sarah Jessica Parker di pernikahannya. Britney Spears juga memakai desainnya di If U Seek Amy.

Selama tiga tahun, merek Louboutin menduduki puncak Indeks Status Merek Mewah di Luxury Institute. Penawaran mereknya dinyatakan sebagai sepatu paling bergengsi untuk wanita berturut-turut pada tahun 2007 hingga 2009. Sepatu mereknya menjadi merek sepatu online yang paling banyak dicari pada tahun 2011.

 Pada tahun 1990-an dan 2000-an, Christian Louboutin lah yang menghidupkan kembali tren stiletto dengan merancang berbagai gaya dengan sepatu hak tinggi berukuran 4 inci atau lebih. Dia juga membuat sepatu hak rendah. Desainnya kebanyakan untuk malam hari dan dihiasi dengan pita, kulit, bulu, tali bertabur dan sebagainya. Tujuannya adalah membuat wanita tampil cantik dan seksi. 

Selanjutnya, dengan komitmen Christian Louboutin dalam mendesain sepatu, perusahaannya berkembang ke seluruh dunia. Dia membuka toko pria pertama di New York dan butik di Paris. Demi mempertimbangkan pelanggannya, dia memisahkan area pria dan wanita karena wanita merasa tidak nyaman jika ditatap saat mencoba sepatu.

Pilihan Editor: Tips Memilih Sepatu dari Dokter Ortopedi

BRITANNICA | FAMOUS FASHION DESIGNER

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."