Waspada, Penggunaan Obat Antidepresan Semasa Hamil Pengaruhi Otak Janin

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ibu hamil memerlukan asupan makanan bergizi agar janin yang dikandung tumbuh sehat. (Canva)

Ibu hamil memerlukan asupan makanan bergizi agar janin yang dikandung tumbuh sehat. (Canva)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hasil studi baru menunjukkan bahwa penggunaan obat antidepresan selama kehamilan bisa memengaruhi perkembangan otak janin. Menurut para peneliti, penggunaan obat antidepresan, terutama Fluoxetine, dapat mempengaruhi perkembangan korteks prefrontal otak bayi, yang berpotensi meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental di kemudian hari.

Menurut siaran Medical Daily yang dikutip pada Selasa 20 Februari 2024, Fluoxetine, yang tersedia dengan merek dagang Prozac dan Sarafem, adalah obat antidepresan yang diresepkan untuk berbagai kondisi termasuk gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa gangguan itu adalah panik, bulimia, gangguan makan berlebihan, sindrom pramenstruasi disforik, dan depresi bipolar.

Obat ini bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin dalam otak. Serotonin adalah pengatur suasana hati alami yang kekurangannya dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental.

Para peneliti dari University of Colorado Anschutz Medical Campus dalam studi terbaru mengevaluasi dampak penggunaan Fluoxetine selama kehamilan terhadap perkembangan korteks prefrontal yang sedang berkembang.

Korteks prefrontal merupakan bagian otak yang terkait dengan fungsi kognitif serta pengendalian stres, pikiran, tindakan, dan emosi. "Serotonin diketahui berperan dalam perkembangan otak, tetapi mekanisme yang bertanggung jawab atas pengaruh ini, khususnya di korteks prefrontal, belum jelas," kata Won Chan Oh, penulis utama hasil studi tersebut.

"Korteks prefrontal, daerah otak yang paling berkembang, memainkan peran sentral dalam kognisi tingkat tinggi, itulah mengapa kami memfokuskan penelitian kami untuk menemukan jawabannya dari area otak ini," katanya.

Dalam studinya, para peneliti menyelidiki bagaimana kekurangan dan kelebihan serotonin memengaruhi perkembangan otak pada tikus.

Mereka kemudian mengamati bahwa keterlibatan serotonin melampaui fungsi keseluruhan otak. Hal ini secara khas memengaruhi dinamika hubungan individu antara neuron, memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan otak untuk belajar dan beradaptasi.

Para peneliti tidak hanya mencatat kemampuan obat untuk menyeberangi plasenta tetapi juga mendapati bahwa obat itu dapat masuk ke dalam air susu ibu. "Penelitian kami mengungkap proses khusus pada tingkat sinaptik yang menjelaskan bagaimana serotonin berkontribusi pada perkembangan daerah otak penting ini selama paparan Fluoxetine pada awal kehidupan," kata Won Chan Oh.

"Kami yang pertama kali memberikan bukti eksperimental tentang dampak langsung serotonin pada korteks prefrontal yang sedang berkembang ketika Fluoxetine dikonsumsi selama kehamilan, karena Fluoxetine tidak hanya menyeberangi plasenta tetapi juga masuk ke air susu ibu," katanya.

Meskipun demikian, perempuan yang sedang hamil disarankan tidak menghentikan atau mengubah obat antidepresan tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.

Lembar fakta tentang Fluoxetine menyebutkan bahwa penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan sebelum melakukan perubahan dalam penggunaan obat tersebut pada masa kehamilan, ketika orang biasanya memikirkan untuk mengubah cara mengonsumsi obat atau menghentikan penggunaan obat sama sekali.

"Penyedia layanan kesehatan Anda dapat berbicara dengan Anda tentang manfaat pengobatan kondisi Anda dan risiko penyakit yang tidak diobati selama kehamilan. Beberapa orang mungkin mengalami gejala kambuh jika mereka menghentikan penggunaan obat ini selama kehamilan," tulis keterangan di lembar fakta itu.

Pilihan Editor: Aktivitas Lari Bisa Jadi Terapi Tambahan untuk Atasi Depresi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."