Mengulik Perawatan Implan Gigi Tanpa Bedah dan Minim Rasa Sakit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita dengan bibir merah alami dan gigi sehat. Freepik.com/jannoon028

Ilustrasi wanita dengan bibir merah alami dan gigi sehat. Freepik.com/jannoon028

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Gigi memiliki peranan yang besar terhadap kesehatan secara keseluruhan. Namun seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang tua dan lansia (lanjut usia) lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut, termasuk gigi ompong.

Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 30,6 persen penduduk Indonesia dengan kelompok usia 65 tahun ke atas mengalami masalah gigi hilang (gigi ompong) karena dicabut atau tanggal secara alami.

Masih dalam laporan yang sama, 4,1 persen penduduk Indonesia berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi palsu, sedangkan 0,3 persen penduduk berusia 65 tahun ke atas memilih untuk memasang gigi tanam (implant denture) untuk mengatasi gigi ompongnya. Hal ini menunjukkan penggunaan gigi palsu masih menjadi pilihan banyak masyarakat untuk mengatasi gigi ompong.

Ada beberapa alasan kenapa gigi palsu banyak dipilih masyarakat untuk mengatasi gigi ompong dibanding alternatif pengganti gigi ompong lain, seperti implan gigi. Beberapa hal itu disebabkan karena prosedur gigi palsu lebih mudah ditemui di berbagai fasilitas kesehatan, prosedur gigi palsu banyak dipilih karena dilakukan tanpa pembedahan, dan biaya perawatannya relatif lebih murah.

Karena itulah, Tanam1 menghadirkan solusi terkini implan gigi dengan metode Digital Implant dan teknologi Implant Aligner. Dengan teknologi ini, prosedur implan gigi bisa dilakukan tanpa bedah

Perawatan Implan dengan Teknologi Tanpa Bedah

Dengan perkembangan teknologi industri dental saat ini, perawatan implan tanpa bedah dan minim rasa sakit kini bisa terwujud. “Prosedur implan sudah ada sejak 1990 di Indonesia. Namun, teknologi ‘Tanpa Bedah’ baru masuk ke Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan di beberapa negara maju seperti Singapura, Taiwan, dan Amerika Serikat teknologi ini sudah diterapkan sekitar 5 tahun lalu,” ungkap drg. Deviana Maria, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Rata, Tanam & Pure.

Tanam adalah brand implan nomor 1 di Indonesia yang menghadirkan perawatan implan gigi tanpa bedah. Dilengkapi dengan teknologi 3D X-Ray, pemasangan implan gigi di Tanam tidak harus membuka dan membedah gusi saat cek kondisi tulang. Tanam juga menggunakan teknologi Implant Aligner untuk memandu pemasangan implan. Teknologi ini membuat pemasangan implan jadi lebih akurat dan non-invasive.

“Implant Aligner punya banyak kelebihan. Tingkat akurasinya tinggi dengan bantuan software 3D, pemasangan implan jadi lebih cepat dan nyaman, dan pemulihan jadi lebih cepat,” tambah drg. Deviana.

Implant Aligner adalah alat yang digunakan oleh dokter gigi untuk memasang implan di posisi yang sudah ditentukan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). Tanpa menggunakan Implant Aligner, dokter gigi perlu melakukan bedah dan jahit gusi sehingga proses pemasangan implan jauh lebih lama dan penyembuhan membutuhkan waktu.

Klinik Gigi dengan Konsep One Stop Dental Solution

Hingga saat ini, ada lebih dari 5.000 implan yang sudah dipasang oleh tim dokter gigi di Tanam. Melihat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat, Tanam selaku brand implan yang sudah ada sejak 2020 ini baru saja meresmikan implant clinic center.

Menariknya, klinik implan ini berada di satu tempat yang sama dengan Rata Clinic Center yang berlokasi di Jl. Pakubuwono VI-71 Blok E.1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sehingga, seluruh perawatan gigi bisa dilakukan di dalam klinik gigi ini.

Didukung oleh fasilitas lengkap dengan konsep kekinian, Rata Clinic Center yang menempati bangunan 3 lantai ini juga dilengkapi Implant Lab dengan teknologi canggih, seperti 3D X-Ray dan 3D Dental Scan. Tak hanya dari segi fasilitas, clinic center ini juga didukung oleh tim dokter gigi spesialis implan dengan pengalaman lebih dari lima tahun.

“Dokter gigi yang menangani implan rata-rata spesialis Periodontist, Prosthodontist atau bedah mulut. Sejak 2020, kami sudah menangani lebih dari 5.000 implan yang dipasang oleh tim dokter gigi spesialis implan yang sudah memiliki sertifikasi,” jelas drg. Deviana.

Di sini pasien dapat melakukan perawatan implan gigi terintegrasi tanpa harus keluar klinik, misalnya untuk melakukan X-Ray. Layanan implan yang diberikan mulai dari konsultasi dengan dokter gigi spesialis implan, scan 3D X-Ray, hingga pemasangan implan dan crown gigi.

Selain perawatan implan gigi tanpa bedah*, pasien juga bisa melakukan dental treatment lain. Dimulai dari perawatan meratakan gigi tanpa behel dalam 3-6 bulan* menggunakan Clear Aligner™, scaling, tooth fillings, bleaching, root canal treatment, crown/bridge/veneer, denture, dental implant, hingga wisdom teeth extraction.

Rata bekerja sama dengan Ivoclar Vivadent yang merupakan perusahaan penyedia dental material dan teknologi untuk dokter gigi dan teknisi gigi. Perusahaan global yang berdiri sejak 1923 ini memiliki misi agar seluruh dunia bisa mendapatkan akses kesehatan gigi dan kualitas hidup terbaik.

“Kami mengucapkan selamat atas peluncuran Rata Clinic Center. Kami bangga bisa turut andil dalam peluncuran clinic center ini yang dilengkapi teknologi serta peralatan canggih dengan standar internasional dari Ivoclar,” tutur Guntur Prakhas Utama, Chief Representative Officer Southeast Asia Ivoclar Vivadent AG.

Deviana mengatakan investasi di klinik perawatan gigi merupakan investasi jangka panjang. Saya berharap semakin banyak masyarakat Indonesia yang sadar akan bahaya gigi ompong dan memutuskan untuk mengganti gigi ompongnya dengan prosedur implan gigi demi kualitas hidup yang lebih baik di masa mendatang.

Pilihan Editor: Ajarkan Kebiasaan Ini Agar Gigi Anak Tetap Sehat

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."